Amanah Sang Prabu Brawijaya V dengan Sabda Palon terbukti
Indonesia sebagai tanah air kita bersama, dimana kita berpijak saat
ini tidak terjadi begitu saja,melainkan mengalami suatu proses yang sangat
panjang dalam Sejarah Nusantara di dalam penyatuan,yang tercatat di dalam Sejarah dari Jaman Mataram
Kuno(Mataram Hindu),Jaman Kerajaan Kediri,Jaman Kerajaan Singosari,Berlanjut
sampai Kerajaan Majapahit yang di Pimpin oleh Raja Tribuana Tungga Dewi dengan
Mahapatih Gajah Mada bercita-cita mempersatukan Nusantara akhirnya dapat terwujud oleh
Kerajaan Majapahit dan setelah berumur kurang lebih seratus Tahun Kerajaan
Majapahit mengalami keruntuhan Total dengan Raja terakhir Raden Angkawijaya
atau Prabu Brawijaya V,
Akhir dari Kerajaan Majapahit Prabu Brawijaya V, banyak
berkeluh kesah dalam kesedihan karena Jawa dan Nusantara mengalami kehancuran diterpa angin dari dalam dan luar Kerajaan,Beliau meratapi nasib Nusantara kedepan dengan Purnakawan Beliau yakni Sabdapalon Nayagenggong dalam perjalanan
sampai dipasisir pantai Timur Tanah Jawa yaitu di Tanah Blambangan,tepatnya
disekitar Teluk Pangpang yang menjadi Pusat Pelabuhan Maritim majapahit
terbesar di Asia Tenggara,Prabu Brawijaya disana banyak memberikan pesan –
pesan sebelum kembali ke Majapahit,salah satu pesan Prabu Brawijaya adalah
setelah lima ratus tahun sejak itu agar dibangun Tugu sebagai peringatan atas
pembicaraannya dengan Sabdapalon Nayagenggong,tempat berpisahnya sekaligus sebagai
tempat kembalinya Sabdapalon
Nayagenggong ke Tanah Jawa untuk mengembalikan kejayaan Nusantara. Prabu
Brawijaya berpesan agar Keturunan Nusantara bersatu kembali Dalam Bingkai
Bhinneka Tunggal Ika dan Tugu itu nanti di namakan Candi Purwo sebagai asal usul dari seluruh Nusantara ,serta mengganti
nama Blambangan menjadi Banyuwangi.
PESAN SANG PRABU BRAWIJAYA ( PRASASTI NUSANTARA )
Sekarang kita berpisah,nanti setelah 500 tahun yang akan datang, tiap
Purnama Ke- Tiga (3) kita kumpul disini dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangrwa.
Saya akan datang menunggu Sabda Palon dan anak didiknya. Tempat ini saya akan tengger dengan tongkat dari Betara Guru yang nantinya akan tumbuh menjadi pohon Kelampis Ireng, lambang kembalinya saya ketanah jawa bersama pasukan Negeri Majalengka Nusantara.
Kutitipkan negri ini sekarang, jagalah baik-baik dan berhati-hatilah karena negeri ini banyak yang akan menginginkan, jangan sampai dijajah bangsa lain. Ingatlah kita sebagai orang Nusantara berpusat di Jawa, jangan kamu melupakan Agama Jawa,Adat, Budaya Jawa.
Jangan kamu melupakan Dhang Hyang Tanah Jawa, adanya kita karena Beliau yang menurunkan orang-orang di nusantara ini, kalau tidak ada beliau menurunkan anak atau keturunan, kita tidak mungkin ada di Nusantara ini.
Negeri ini sangat kaya alam, apa yang dicari untuk keperluan hidup disini sudah disediakan karena itu banyak orang luar yang akan datang dengan cara licik menjajah, menghasut, mengadudomba demi keuntungannya.
Ingatlah baik-baik sabdaku ini. Kalau kamu melupakan asalmu dari jawa, kamu samadengan kena kutuk, negeri ini akan hancur, manusia saling berebut, saling merasa benar, saling berkuasa, ingin menjadi yang paling dihormati, menyebarkan ajaran baru yang akan nantinya merusak tatanan agama jawa, adat jawa, budaya jawa yang asli, melupakan sejarah asal dari jawa, akhirnya bencana akan datang menelan kamu dan seisi dari keserakahanmu, negerimu hancur kesengsaraan dimana-mana sampai kamu musnah semuanya, itulah kutukan Betara Guru yang saya sabdakan untuk kebaikan rakyat saya dinegeri ini. Hormatilah Catur Guru janganlah percaya dengan ajaran orang luar, jangan mengangkat Hulubalang (Pemerintahan) dari negeri lain (luar negeri).
Seandainya kamu percaya dan tunduk kepada orang luar negeri, negeri ini akan dijajah, hasil kekayaan negeri ini akan dihabiskan, rakyat akan dibodohi, ditindas demi kepentingan orang luar, lama-lama orang jawa akan habis, Tanah dikuasai orang luar, kita mau kemana? Begitulah sifat-sifat orang luar, serakah, sering berkedok sebagai orang baik dan suci tetapi dihatinya busuk, sejarah jawa dan nusantara dilupakan, cerita yang direkayasa orang luar untuk menjajah negeri ini disembah-sembah, dihormati dan ditaati.Itulah yang akan terjadi kalau kamu melupakan asalmu dari jawa.
Sekarang saya akan pergi, kamu yang masih setia akan negeri ini pergilah, jangan kamu bertengkar atau berperang, siapa yang mendahului itu akan kukutuk dan hancur. Bencana, mala petaka, wabah penyakit akan melanda daerahnya.
Pergilah keselatan, disana ada seorang petapa ditimur kali asta( Kalilaci) mintalah restu dan petunjuk disana, menyebarlah kehutan, kegunung bagian timur dan barat.
Ki Ageng ! Kamu saya tugaskan mengasuh ketiga putriku ini yang sempat saya bawa sampai disini, jagalah dia baik-baik.
Sang putri paling besar bernama Agung Pradnyawati
Yang ke dua bernama Ayu Styowati
Yang ke tiga bernama Dewi Acintyawati
Sekarang masuklah kamu kehutan purwo, didalam ada sebuah Candi Peryangan Empu Bajra Satwa (Gunung Tugu) bergabunglah bersama petapa disana dan minta petunjuk.
Lewatlah jalan bagian selatan kamu akan menemukan Taman Sari (teratai yang sangat banyak) lalu ketimur disana ada pintu gerbang menuju Peryangan Empu Bajra Satwa. Seandainya di Gunung Tugu (Peryangan Hyang Tugu) tidak aman larilah ketimur menyebranglah ke-Bali selatan didaerah Karang Taked/Tunggak Pring desa Peduwungan titiplah putriku ini kepada Dalem Peduwungan (PEDUNGAN-BADUNG) dan Keturunan Rare Angon(titisan Ciwa)sebagai guru suci(Brahmana) dan penguasa disana dulunya dipercaya sebagai sekretaris dan bendahara pembangunan pura di Bali.
Dan ini pusaka Keraton Majapahit berupa:
1. Seperangkat Busana dan Perhiasan
2. Baju Lemana Kerajaan ( Baju Perang)
3. Tombak Padma Yoni (bermata dua)
4. Cakra dari Bhatara Dalem
5. Taring Naga Basukih
6. Tameng
7. Tulup/supit
8.Tujuh ( 7) Keris dan yang satunya merupakan pusaka pejenengan leluhur singosari sampai Majapahit yaitu : Keris berlambang Matsya Awatara bertahtah 7 dengan permata dan mirah dilapisi emas. Didalam pamor keris bergambar peta Tulembang (Sumatra), Mayura (Madura), Jawi (Jawa), Werangka (sarung Keris) dengan kayu hitam dan yang satu dengan gading gajah.
9. Bendera Pusaka Majapahit (Merah Putih)
10. Dan Peti berisi kayu dan obat-obatan
11. Peti yang lain berisi catatan sejarah (Prasasti)
Saya akan datang menunggu Sabda Palon dan anak didiknya. Tempat ini saya akan tengger dengan tongkat dari Betara Guru yang nantinya akan tumbuh menjadi pohon Kelampis Ireng, lambang kembalinya saya ketanah jawa bersama pasukan Negeri Majalengka Nusantara.
Kutitipkan negri ini sekarang, jagalah baik-baik dan berhati-hatilah karena negeri ini banyak yang akan menginginkan, jangan sampai dijajah bangsa lain. Ingatlah kita sebagai orang Nusantara berpusat di Jawa, jangan kamu melupakan Agama Jawa,Adat, Budaya Jawa.
Jangan kamu melupakan Dhang Hyang Tanah Jawa, adanya kita karena Beliau yang menurunkan orang-orang di nusantara ini, kalau tidak ada beliau menurunkan anak atau keturunan, kita tidak mungkin ada di Nusantara ini.
Negeri ini sangat kaya alam, apa yang dicari untuk keperluan hidup disini sudah disediakan karena itu banyak orang luar yang akan datang dengan cara licik menjajah, menghasut, mengadudomba demi keuntungannya.
Ingatlah baik-baik sabdaku ini. Kalau kamu melupakan asalmu dari jawa, kamu samadengan kena kutuk, negeri ini akan hancur, manusia saling berebut, saling merasa benar, saling berkuasa, ingin menjadi yang paling dihormati, menyebarkan ajaran baru yang akan nantinya merusak tatanan agama jawa, adat jawa, budaya jawa yang asli, melupakan sejarah asal dari jawa, akhirnya bencana akan datang menelan kamu dan seisi dari keserakahanmu, negerimu hancur kesengsaraan dimana-mana sampai kamu musnah semuanya, itulah kutukan Betara Guru yang saya sabdakan untuk kebaikan rakyat saya dinegeri ini. Hormatilah Catur Guru janganlah percaya dengan ajaran orang luar, jangan mengangkat Hulubalang (Pemerintahan) dari negeri lain (luar negeri).
Seandainya kamu percaya dan tunduk kepada orang luar negeri, negeri ini akan dijajah, hasil kekayaan negeri ini akan dihabiskan, rakyat akan dibodohi, ditindas demi kepentingan orang luar, lama-lama orang jawa akan habis, Tanah dikuasai orang luar, kita mau kemana? Begitulah sifat-sifat orang luar, serakah, sering berkedok sebagai orang baik dan suci tetapi dihatinya busuk, sejarah jawa dan nusantara dilupakan, cerita yang direkayasa orang luar untuk menjajah negeri ini disembah-sembah, dihormati dan ditaati.Itulah yang akan terjadi kalau kamu melupakan asalmu dari jawa.
Sekarang saya akan pergi, kamu yang masih setia akan negeri ini pergilah, jangan kamu bertengkar atau berperang, siapa yang mendahului itu akan kukutuk dan hancur. Bencana, mala petaka, wabah penyakit akan melanda daerahnya.
Pergilah keselatan, disana ada seorang petapa ditimur kali asta( Kalilaci) mintalah restu dan petunjuk disana, menyebarlah kehutan, kegunung bagian timur dan barat.
Ki Ageng ! Kamu saya tugaskan mengasuh ketiga putriku ini yang sempat saya bawa sampai disini, jagalah dia baik-baik.
Sang putri paling besar bernama Agung Pradnyawati
Yang ke dua bernama Ayu Styowati
Yang ke tiga bernama Dewi Acintyawati
Sekarang masuklah kamu kehutan purwo, didalam ada sebuah Candi Peryangan Empu Bajra Satwa (Gunung Tugu) bergabunglah bersama petapa disana dan minta petunjuk.
Lewatlah jalan bagian selatan kamu akan menemukan Taman Sari (teratai yang sangat banyak) lalu ketimur disana ada pintu gerbang menuju Peryangan Empu Bajra Satwa. Seandainya di Gunung Tugu (Peryangan Hyang Tugu) tidak aman larilah ketimur menyebranglah ke-Bali selatan didaerah Karang Taked/Tunggak Pring desa Peduwungan titiplah putriku ini kepada Dalem Peduwungan (PEDUNGAN-BADUNG) dan Keturunan Rare Angon(titisan Ciwa)sebagai guru suci(Brahmana) dan penguasa disana dulunya dipercaya sebagai sekretaris dan bendahara pembangunan pura di Bali.
Dan ini pusaka Keraton Majapahit berupa:
1. Seperangkat Busana dan Perhiasan
2. Baju Lemana Kerajaan ( Baju Perang)
3. Tombak Padma Yoni (bermata dua)
4. Cakra dari Bhatara Dalem
5. Taring Naga Basukih
6. Tameng
7. Tulup/supit
8.Tujuh ( 7) Keris dan yang satunya merupakan pusaka pejenengan leluhur singosari sampai Majapahit yaitu : Keris berlambang Matsya Awatara bertahtah 7 dengan permata dan mirah dilapisi emas. Didalam pamor keris bergambar peta Tulembang (Sumatra), Mayura (Madura), Jawi (Jawa), Werangka (sarung Keris) dengan kayu hitam dan yang satu dengan gading gajah.
9. Bendera Pusaka Majapahit (Merah Putih)
10. Dan Peti berisi kayu dan obat-obatan
11. Peti yang lain berisi catatan sejarah (Prasasti)
Nah Prasasti ini saya akan titipkan kepada seorang petapa supaya disabdakan
dan dititipkan kembali kepada Dewa Baruna agar aman. Nanti kalau sudah saatnya
Prasasti tersebut akan ditemukan oleh seorang yang diberi mandat dan perintah
dari Dewa Hyang Agung Toh Langkir (Dewa Penguasa Gunung Agung Bali).
Kutuklah prasasti itu supaya jangan jatuh ketangan yang salah, didalam prasasti sudah tertulis semua keturunan Majapahit yang tinggal di Bali yang nantinya akan membangun kembali Nusantara ini supaya Kerta Rahajeng.
Sekarang disini ditimur kalitiga ini merupakan hutan larangan, jangan sekali-kali masuk atau merusak,”Jalmo moro jalmo mati” kalau belum waktunya akan kena malapetaka dan tempat ini akan saya sabda setelah 500 tahun dari sekarang, bangunlah “Candi Purwo” (asal mula seluruh Nusantara). Bersatulah disini dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Ini pesanku terakhir, jangan dilupakan, kalau sudah waktunya belum kamu bangun tempat ini, seluruh dunia akan mengalami bencana, wabah penyakit dan negerimu akan hancur.
Setelah Candi di bangun, haturkanlah pakelem di Campuhan Agung, tempat Mahapatih Gajah Mada Moksa (timur laut Gunung Sembulungan Purwo).
Jangan sampai ini diabaikan : Eling Lan Waspodo.
Itulah Sabda Sang Prabu sebelum Beliau meninggalkan Hutan Larangan Kali Tiga Teluk Pangpang Alas Purwo Utara.
Kutuklah prasasti itu supaya jangan jatuh ketangan yang salah, didalam prasasti sudah tertulis semua keturunan Majapahit yang tinggal di Bali yang nantinya akan membangun kembali Nusantara ini supaya Kerta Rahajeng.
Sekarang disini ditimur kalitiga ini merupakan hutan larangan, jangan sekali-kali masuk atau merusak,”Jalmo moro jalmo mati” kalau belum waktunya akan kena malapetaka dan tempat ini akan saya sabda setelah 500 tahun dari sekarang, bangunlah “Candi Purwo” (asal mula seluruh Nusantara). Bersatulah disini dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Ini pesanku terakhir, jangan dilupakan, kalau sudah waktunya belum kamu bangun tempat ini, seluruh dunia akan mengalami bencana, wabah penyakit dan negerimu akan hancur.
Setelah Candi di bangun, haturkanlah pakelem di Campuhan Agung, tempat Mahapatih Gajah Mada Moksa (timur laut Gunung Sembulungan Purwo).
Jangan sampai ini diabaikan : Eling Lan Waspodo.
Itulah Sabda Sang Prabu sebelum Beliau meninggalkan Hutan Larangan Kali Tiga Teluk Pangpang Alas Purwo Utara.
Pembacaan Prasasti/Catatan Sejarah Nusantara
Sirno Hilang Kertaning Bumi
Nusantara Majapahit
Atau (1400 Candra/1478 M)
Nusantara Majapahit
Atau (1400 Candra/1478 M)
https://candipurwo.blogspot.co.id
Setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit yang sangat besar itu
akhirnya Wilayah sebagai kekuasaan Majapahit Nusantara mengalami cerai berai
menjadi Kerajaan-Kerajaan kecil berdiri sendiri sendiri akhirnya Bangsa Eropa
datang ke Nusantara yang menjadikan Nusantara Daerah jajahan Bangsa luar.
Rupanya penindasan yang dilakukan Bangsa Penjajah telah
menyadari kembali masyarakat yang cerai berai kembali untuk bersatu mengusir
penjajah dari Tanah Nusantara melalui berbagai macam pergerakan dan perjuangan
sampai akhirnya Nusantara kembali merdeka sebagai Negara kesatuan menjadi
Negara Rebublik Indonesia yang wilayahnya meliputi Wilayah Nusantara terdahulu
,walaupun tanpa Malaya dan Tumasik (
Malaysia dan Singapura sekarang ) Kemerdekaan dan Persatuan Nusantara ini
terjadi setelah Lima Ratus Tahun keruntuhan Majapahit ( seperti Pesan dari Prabu Brawijaya )
Berdirinya Candi Purwo sebagai tonggak asal usul Nusantara
sudah tentu memiliki Nilai Sejarah dan nilai Spiritual yang sangat tinggi bagi
Bangsa Indonesia,dimana Wilayah Indonesia yang sekarang ini adalah sebagai
perwujudan dari Tanah Nusantara pada Jaman Majapahit terdahulu.
Kembalinya Nusantara setelah lima ratus tahun setelah keruntuhan
Majapahit adalah Wilayah tanah air Indonesia itu sendiri melalui Proklamasi 17
Agustus 1945,artinya bahwa seluruh Bangsa Indonesia mesti memberikan apresiasi
terhadap Pembangunan Candi Purwo ini merupakan Cikal Bakal dari Negeri
Nusantara ini ,
https://candipurwo.blogspot.co.id
karena Spirit Majapahit Lima Ratus tahun yang lalu mampu
mengikat rasa Persatuan dan Kesatuan Masyarakat Indonesia menjadi sebuah Negara
Kesatuan yang berbentuk Republik sampai saat ini.
Secara Sosial Budaya dan Sejarah ,Candi Purwo berfungsi pula
sebagai Stana Suci Leluhur Majapahit beserta Panglima Perang,abdi Dalem
keseluruhan yang berhasil mempersatukan Nusantara,artinya bahwa seluruh
keturunan Majapahit yang tersebar di Seluruh Nusantara secara moral mesti
menjadikan Candi Purwo sebagai tempat penghormatan para Leluhur ,sebagai
Keluarga Besar Majapahit,sebab di Trowulan yang diyakini sebagai Pusat Kerajaan
Majapahit telah menjadi Situs Pubakala sehingga tidak mungkin bisa mewujudkan
sebuah Monumen atau Tugu sebagai Linggih ( Stana ) Leluhur Majapahit yang dapat
digunakan sebagai tempat untuk menghormati Leluhur,oleh karena itu, Candi Purwo
dapat dijadikan tempat penghormatan Leluhur Majapahit,sesuai dengan Pesan Prabu
Brawijaya,sebagai tonggak Kembalinya kejayaan Nusantara.
Sedangkan Bagi seluruh Bangsa Indonesia,Candi Purwo mesti
dijadikan sebagai Tugu penghormatan bagi Para Pendiri Bangsa ini yang telah
berhasil mempersatukan Nusantara dalam wujud Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Majapahit telah mewarisi Panji-Panji kebesaran Nusantara
seperti Bendera Merah Putih yang dijadikan Bendera Negara Indonesia , demikian
juga dengan semboyan Negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika adalah Warisan
dari masa Jaman Kejayaan Majapahit.
https://candipurwo.blogspot.co.id
Candi Purwo merupakan wujud dari Roh Majapahit pada Jaman
sekarang mesti dibangun dan di pelihara dalam mewujudkan kerukunan hidup
berbangsa dalam keragaman
Candi Purwo sebagai perwujudan Bangsa Indonesia Bangsa yang
Besar yang memelihara warisan Budaya Adiluhung,menghormati para pendahulu
Bangsa ,dimana Bangsa yang beradab senantiasa menghormati Sejarah para Leluhur
sebagai sesuluh dalam kehidupan berbangsa dan Bernegara pada saat ini.
Semoga dengan berdirinya Candi Purwo di Tanah Blambangan
Banyuwangi ini semakin memperkuat Spirit Kehidupan Berbangsa dan
bernegara,serta membangkitkan semangat Budaya Nusantara bagi Masyarakat
Indonesia .
Kusus untuk Masyarakat Banyuwangi ,
Dengan berdirinya Candi Purwo ini akan memberikan Nuansa baru, memberikan semangat baru dan memberikan Aura Spirit Positif di Tanah Blambangan ,Demikian juga secara Ekonomi ,mampu memberikan dampak Positif dalam meningkatkan Perekonomian masyarakat dalam pengembangan Wisata Spiritual di Daerah Banyuwangi. https://candipurwo.blogspot.co.id
Dengan berdirinya Candi Purwo ini akan memberikan Nuansa baru, memberikan semangat baru dan memberikan Aura Spirit Positif di Tanah Blambangan ,Demikian juga secara Ekonomi ,mampu memberikan dampak Positif dalam meningkatkan Perekonomian masyarakat dalam pengembangan Wisata Spiritual di Daerah Banyuwangi. https://candipurwo.blogspot.co.id
Semoga Daerah Banyuwangi secepatnya bisa maju dalam Wisata Spiritual untuk pendapatan Daerah yang sangat luar biasa kedepannya....matur nuwun.. https://candipurwo.blogspot.co.id
untuk melihat peta lokasi Candi Purwo bisa klik dibawah ini.
https://goo.gl/maps/C1Xf6rEmArz
Comments