Perjalanan Panjang Sejarah Leluhur pendiri Candi Purwo Sang Putu Jumatang
Perjalanan panjang Sejarah Gumi Badung tak terlepas dari Seorang Senopati besar dan terkenal sakti yaitu Sang Putu Jumatang keturunan dari Ida Dalem Sawahan(Banjar Sawah,Pedungan) yang di angkat anak oleh Begawan Dalem Gaduh pendiri Pura Dalem Gaduh Jumatang generasi ke tujuh (Pura Dalem Puseh Jematang sekarang ) yang tinggal di Daerah Jematang,Desa Denpasar Abad ke XIII,Ida Begawan Dalem Gaduh adalah Putra dari Dalem Gel-gel generasi ke ketujuh,sebelum mengambil kepanditaan sebagai Begawan Beliau diberi mandat oleh Dalem Gel-gel sebagai Bendahara Kerajaan Gel-Gel membangun dan membiayai Pura-Pura yang ada di Badung,Desa Denpasar,semasih Kadipaten Denpasar Kerajaan Manca Puri Bali,Kerajaan Denpasar pertama yang didirikan oleh Ida I Dewa Gede Agung Putra dari Puri Agung Semarapura,Ida Begawan Dalem Gaduh merupakan sentana dari Ida Dalem Gelgel,begitu juga tugas para Leluhur Beliau dari Jaman Kerajaan Gel-gel yang dijadikan Bendahara Kerajaan Gel-Gel dan sebagai Upeti Kerajaan Gel-Gel membangun membiayai Pembangunan Pura-Pura yang ada di Bali,Leluhur Beliau dalam Pembangunan Pura di bantu Arsitek yang sangat pintar dan maha sakti yaitu Kebo Iwo yang merupakan Titisan Wisnu wahyu saking Pura Bedugul Dalem Gaduh yang ada di Blahbatuh Gianyar,Beliau juga merancang konsep pembangunan Pura-Pura di Bali melanjutkan perjuangan Empu Beradah dan Empu Kuturan,itu sedikit garis besar Sejarah asal Jematang,kembali kita ke Sejarah Sang Putu Jumatang/Jematang.
Contoh foto patung Ganesa peninggalan - peninggalan Puri Denpasar yang lama
Sang Putu Jumatang di angkat menjadi Senopati oleh Kerajaan Badung dan memiliki Putra bernama Ida Jero Gede Kade Dunia sering di panggil dengan nama pungkusan Ida Jro Gede Jematang,nama sewaktu kecil beliau adalah I Dunia atau Kade Dunia,beliau diangkat menjadi Kepala Pasukan Sikep Badung,dan pernah berperang melawan Kerajaan Mengwi dengan Badung.
Peninggalan - peninggalan Sejarah tempat berkumpul Petinggi - petinggi Kerajaan Badung sampai sekarang terkenal dengan nama Pura Mekel Tinggi,Pura ini didirikan oleh Petinggi-petinggi Kerajaan Badung Kadipaten Denpasar Manca Puri Agung Bali dan merupakan kepercayaan Kerajaan Kadipaten Denpasar dan Badung yang lama,Pura Mekel Tinggi berada di Jalan Bung Tomo , Banjar Grenceng,Desa Pemecutan Kaja,Kota Denpasar sekarang,Pasukan sikep Badung mempunyai tempat berkumpul di Banjar Alang Badung ( sekarang menjadi Pura Perubungan Belakang Toko Darma Denpasar ) Pasukan Sikep Badung memiliki telik sandi seperti pasukan yang ada Dunia ( FBI.CIA) yang sangat kuat dan pintar,memiliki konsep perang dulang mangap yang di latih oleh Kerajaan Dalem Gel-gel,pasukan lain sikep Badung mempunyai pasukan Cabang yaitu Pasukan semal (korlap),pasukan Sikep Badung ini sangat kuat dan di takuti seluruh Bali dan Jawa ,dan pernah menumpas habis penyerbuan Kerajaan Mataram Islam di Badung, Pasukan sikep Badung sampai sekarang masih ada dan memiliki perkumpulan yang bernama Sekehe Semal dan memiliki aset yang cukup banyak.
Ida Sang Putu Jumatang :
Dimana Ida Sang Putu Jumatang merupakan Keturunan Dari Ida Dalem Sawahan dan Ida Dalem Sawahan merupakan Putra dari Dalem Klungkung yang dibesarkan oleh Ida Tangkas
Ida Sang Putu Jumatang :
Dimana Ida Sang Putu Jumatang merupakan Keturunan Dari Ida Dalem Sawahan dan Ida Dalem Sawahan merupakan Putra dari Dalem Klungkung yang dibesarkan oleh Ida Tangkas
SEJARAH PUPUTAN PAYANGAN DAN IDA SANG PUTU JEMATANG,
TRESNA MEBELA PATI NINDIHIN GUMI LAN SATYA PAGEH NGEMARGIANG KEDHARMAAN
Puputan Payangan atau Uwug Payangan sebenarnya awalnya adalah istilah yang diutarakan oleh Kerajaan Buleleng yang merasa bangga telah dapat mengalahkan kerajaan Payangan dan banyak karya sastra berupa Sinom ataupun Geguritan dengan berbagai versi yang menceritakan tentang uwug Payangan yang menggambarkan betapa hancurnya Kerajaan Payangan setelah dikalahkan oleh Kerajaan Buleleng, Naskah Asli Sinom Uwug Payangan salah satunya kini disimpan di Museum Gedong Kertia Singaraja.
Namun lain halnya bagi masyarakat Kerajaan Payangan menganggap peperangan saat itu adalah merupakan perang Puputan yang bermakna menyelesaikan tugas secara kesatria dimana Raja Payangan Satya terhadap segala yang telah diucapkan dan apa yang telah dilakukan,berani menanggung segala akibat yang musti ditanggung demi mempertahankan harga diri dan tanah tumpah darah.
Satya akan ucapan dicerminkan dengan menolak pinangan Raja Klungkung yang disampaikan oleh Raja Buleleng selaku utusan Raja Kelungkung untuk memperistri Ida Dewa Agung Istri Muter karena Raja Payangan sebelumnya telah menjodohkan Putri Beliau dengan Raja Negare Sukawati Ida cokorda Ratu
Memang lebih tepat kalau peperangan waktu itu diistilahkan Puputan Payangan dari pada Uwug Payangan karena pada saat itu tidak satupun Raja Payangan Yang bisa dikalahkan oleh Pasukan Buleleng Karena Raja Payangan Ke IV saat itu Ida Dewa Agung Gede Agung Gede Oka gugur bukan karena dibunuh melainkan Beliau merasa sedih melihat rakyatnya banyak yang meninggal dan akhirnya dengan kesetiaan terhadap rakyatnya yang banyak gugur maka beliau mengakhiri hidup dengan memotong ujung keris beliau dengan tangan dan menelannya sehingga akhirnya Beliau Gugur ,tepatnya pada hari Jumat Kliwon Uku Tolu dan kalau digunakan kelender Masehi maka hari gugurnya Beliau yaitu: Sekitar Tahun 1841
Beliau Gugur Tepatnya diperempatan Banjar Melinggih saat ini dan sekarang masih ditempat itu sebelah timur jalan ada sebuah pelinggih sebagai pertanda tempat gugurnya Beliau yang kini pelinggih itu disebut Pelinggih Ida Betara Mantuk Dirana sedangkan adik beliau Prabu Anom Ida Dewa Agung Gede Rai masih selamat karena dalam peperangan saat itu beliau hanya pingsan kelelahan disebelah barat Pura Puseh Melinggih Payangan tepatnya disebelah Utara Pura santhi dengan pakaian yang sudah compang-camping dan ditindih mayat-mayat prajurit yang bergelimpangan, namun akhirnya Beliu dapat ditemukan Oleh para pasukan dari Sikep Badung yang berada di Munggu,Tumbak Bayuh dan Buduk yang terlambat datang untuk membantu Kerajaan Payangan dibawah Pimpinan Ida Jero Mekel Desa Munggu Buduk(waktu itu masih jadi satu wilayah) yang bernama Ida Jro Gede Kade Dunia Jumatang merupakan putra dari Ida Sang Putu Jumatang. dan Prabu Anom Ida Dewa Agung Gede Rai akhirnya diungsikan ke Buduk.
Senopati Ida Sang Putu Jematang “ Mengabdi Dalam Kesetiaan Sampai Tetes Darah Penghabisan”
Seorang Senopati yang sangat dikagumi akan kesetiaannya serta kegigihannya dalam Perang Puputan Payangan adalah Senopati/Patih Ida Sang Putu Jematang, Beliau adalah seorang abdi dari Raja Badung yang ditugaskan oleh Raja Badung untuk mengabdi dikerajaan Payangan karena Raja Badung sangat mengagumi serta menghormati Raja Payangan saat itu.
Ida Sang Putu Jematang berasal dari Banjar Jematang Badung tepatnya di Selatan Pura Dalem Puseh Jematang atau di Jln Nusa Kambangan disebelah utara Simpang Enam Denpasar saat ini.
Pada saat perang Puputan Payangan Ida Sang Putu Jematang memimpin pasukan untuk menghadang musuh yang datang dari arah Timur Laut disekitar Carik Mandi Ulapan saat ini.
Ida Sang Putu Jematang sangat ahli dalam peperangan dengan bersenjatakan Tombak Pusakanya, Beliau dengan gagah berani menghadapi musuh yang begitu banyak namun tekad beliau sudah bulat untuk tetap berjuang sampai tetes darah penghabisan apalagi Beliau tahu kalau Rajanya turut juga turun tangan untuk berperang dengan memimpin pasukan untuk menghadang musuh yang datang dari arah Utara disekitar Girikusuma.
Karena musuh begitu banyaknya Ida Sang Putu Jematang akhirnya dapat dipukul mundur sampai disebelah SMP N 1 Payangan saat ini, Ditempat ini Ida Sang Putu jematang dikepung oleh musuh dari berbagai penjuru namun Beliau tetap melawan apalagi Beliau juga terkenal akan kekebalannya terhadap segala senjata tajam dan saat sebelum Beliau terjun kemedan Perang Beliau telah diberikan Sumpang Bunga Kamboja/Jepun oleh Rajanya sebagai simbul Restu Raja.
Dengan demikian banyaknya musuh yang mengepung dari berbagai penjuru akhirnya Ida Sang Putu Jematang mengalami kelelahan,karena musuh akhirnya tau kelemahan dari kesaktian yang di miliki oleh Ida Sang Putu Jematang dan pada saat itu beliau dipukul dengan Lungan Temuku sebagai penangkal Ilmu Kebal Sehingga akhirnya Beliau Gugur sebagai Seorang Kesatria yang gagah berani hingga Pasukan musuhpun kagum akan kesaktian,kesetiaan dan keberanian Beliau.
Untuk mengenang gugurnya Ida Sang Putu Jematang maka Beliau dibuatkan Pelinggih agar dapat disungsung oleh keturunan Beliau yang ada di Payangan dan Keturunan Beliau di Banjar Jematang Badung, Pura ini diberi nama Pura Beteng yang bermakna Beteng = Penuh yang mengandung arti bahwa Beliau berjuang dengan sepenuh hati dan pantang menyerah .
Pura Penataran Beteng terletak Diantara Pura Penataran Agung dan SMP N 1 Payangan saat ini.
“ Begitu dalamnya pelajaran yang bisa diambil dari kisah Puputan Payangan yang penuh dengan pelajaran hidup yang dapat dipakai sebagai panutan bagi Generasi penerus Payangan saat ini dan walaupun kini Payangan tidak lagi memiliki Raja bukan berarti Kerajaan Payangan telah runtuh !? Raja Payangan saat ini adalah kita-kita semua sebagai Generasi Penerus Payangan ,minimal bisa menjadi Raja untuk diri sendiri dengan semangat yang sama seperti para Leluhur Pendahulu Kita .”
Begitulah Sedikit kisah yang tidak musti diperdebatkan lagi karena dibalik peristiwa ini terkandung banyak pelajaran yang bisa diambil ikmahnya bagi kita-kita Generasi Penerus Payangan dan semua itu adalah sebuah Proses dalam Kehidupan, Namun satu hal yang musti digaris bawahi dari kisah ini yaitu dalam membela kebenaran apapun resikonya musti kita harus berani menerimanya sekalipun nyawa taruhannya dan Semoga Para Penglingsir Kita yang gugur masa itu mendapatkan tempat yang layak dialam Siwaloka dan mewarisi keberanian - keberanian beliau kepada kita-kita saat ini,
Perjalanan Sejarah yang hampir dilupakan oleh generasi penerus
Perang Megwi yang menjadi Kepala Pasukan Sikep Badung saat itu adalah Ida Jero Gede Kade Dunia dengan membawa kemenangan di pihak Kerajaan Badung,tahun 1897.dan membawa tawanan perang sampai sekarang tinggal di Daerah Jematang dahulu wilayah Jematang paling utara yaitu sampai Pura hulun carik yang disebut Pura Jelih Lambih,paling timur sampai wates Yang Batu,paling Selatan dari wates Panjer sampai wates Paduwungan(Pedungan/ Badung),Barat wates tukad Badung.
Kebesaran dan kebaikan Ida Begawan Dalem Gaduh,Ida Sang Putu Jumatang dan Ida Jero Gede Kade Dunia hampir terlupakan,kearifan,kebijaksanaan,sangat sosial dan selalu melindungi,akhir-akhir ini banyak dari Keluarga lain yang tinggal di wilayah Ida Begawan Dalem Gaduh selalu terjadi permasalahan baik keluarga yang tinggal dahulunya secara nomaden,mengungsi,berlindung,medunungan maupun sebagai tawanan perang di Daerah Wilayah Ida Sang Putu Jumatang,karena ego masing-masing Keluarga orang lain tersebut setelah sekarang mengalami perubahan,nama,pangkat, kesejahteraan dan ekonomi yang menginjak mulai mapan,tanah menjadi mahal dimana sejarah hampir di lupakan,akhirnya terjadi perselisihan antara Keluarga pendatang dengan Keluarga pendatang lain,baik sejak dahulunya sebagai tawanan perang,inilah sejarah yang hampir terlupakan hanya Sang waktu yang dapat mengadili dan membenarkan
Mencari solusi untuk kedamaian Keluarga Kapal kanginan yang ada di Jematang,
Semoga kedepan Daerah Jematang bisa aman dan tentram kembali,semua Keluarga kembali eling dengan Sejarah Asal....RAHAYU...
Semoga kedepan Daerah Jematang bisa aman dan tentram kembali,semua Keluarga kembali eling dengan Sejarah Asal....RAHAYU...
Comments