Perjalanan Sejarah Penemuan Situs Candi Purwo Part 1
Dalam Sejarah Candi Purwo dari awal
pencarian,penemuan dan Pembangunan Situs Candi Purwo kita selalu di tuntun oleh Para Leluhur
Nusantara,banyak yang menghalangi pembangunan tersebut akan tetapi yang tidak
mengerti apa akibatnya menentang Leluhur Nusantara dan ada juga asal
ikut-ikutan menghalangi karena di asut,akhirnya semua kena masalah dalam
kehidupannya (Jalmo moro jalmo mati ) itulah kutukan Leluhur Tanah Jawi.
Matur Nuwun telah singgah di Blog Candi Purwo
https://candipurwo.blogspot.co.id
Menemukan dan membuka kembali Situs Candi Purwo tidaklah
mudah,karena Situs Candi Purwo di jaga oleh Buta Ijo bersama Banas Pati Raja belum
lagi binatang buas lainnya seperti ular piton,ular kendang,Raja kobra,macan
putih yang selalu hadir disaat ada Ritual tertentu dan menjaga disaat
Pembangunan Candi,inilah keangkeran Tanah Blambangan tanah Leluhur,Tanah
Kawitan Nusantara
Kesakralan Tanah Blambangan sejak Dahulu sampai sekarang masih melekat
Sejarah Perjalanan di Alas Purwo sampai Candi Purwo berdiri
Perjalanan saya ( IWayan Sucita) dari Banjar Jematang Denpasar, menyusuri Alas Purwo mulai awal
tahun 1990,berawal saya mendapat
undangan acara nikah anak teman saya yaitu Bapak Kasnadi di Desa Kautan,Kecamatan Ronggo Jampi awal
tahun 1990,bekerja sebagai pemulung barang-barang bekas,saya saat itu bekerja menjadi
montir di bengkel di Daerah Sanur dan Bapak Kasnadi sudah sangat baik seperti
saudara sendiri,setelah selesai acara temanten,malamnya saya istirahat tidur di rumah Bapak
Kasnadi bersama adik saya I Ketut Asmara,suasana alam di Desa sangat
sunyi,apalagi malam hari hanya ada suara burung malam, suasana dingin
menyelimuti,saya tidur dan terjaga waktu tengah malam dan di datangi seorang
nenek sangat tua agak bungkuk berpakian kuno pakai kain batik tidak memakai
baju seperti orang-orang kebanyakan, di lehernya sampai badan di bungkus selendang
kain bercorak bunga berwarna agak rada gelap kusut lungsuh menempel
ditubuhnya,nenek itu menyapa saya…Raden mau kemana….?..saya pun tersentak dan
melihat kesisi kanan kiri saya tidak ada orang satu pun malam gelap saat
itu,saya menjawab….siapa yang nenek maksud Raden tadi…?..nenek itu menjawab
lagi…ya Radenlah yang nenek maksud…saya lalu menjawab…ma,af nenek saya bukan
Raden,saya orang biasa,rakyat biasa…lalu saya bertanya…kenapa nenek berada disini
malam gelap dan dingin,dimana rumah nenek…?
singkat cerita.. lalu nenek itu mengajak saya kerumahnya,dari luar saya melihat lentera terbuat dari batok kelapa isi minyak,depan rumah nenek pintu masuk ada sebuah gapura kuno terbuat dari bata merah,saya di ajak masuk kedalam dan duduk di sebuah pandopo kuno terbuat dari kayu,nenek lalu bercerita…dan bertanya lagi…Raden dari mana mau kemana…?, saya menjawab..nenek… saya dari Bali.. dan nenek berkata…Raden..ketahuilah Raden bukanlah orang Bali melainkan berasal dari Jawa..saya mendengar perkataan nenek itu akhirnya saya tersentak apa maksud perkataan nenek tersebut..mengatakan saya asal dari Jawa akhirnya nenek banyak bercerita tentang saya dan saya pun sulit mengerti maksud nenek,dan saya balik bertanya..nenek kenapa tinggal disini sendiri,keluarga nenek dimana…?lalu nenek bercerita panjang lebar kisahnya berada disana…sambung nenek...nenek adalah istri dari seorang Patih Kerajaan Blambangan dan Desa ini adalah bernama Karang Pepatihan,semua telah tiada karena perang saudara termasuk suami nenek meninggal dimedan perang,masyarakat yang lain ada yang mengungsi jauh sampai sekarang nenek hanya sebatang kara di tempat ini,…Raden…besok datanglah keselatan disana Raden akan menemukan jawaban semuanya.
Hari semakin larut tidak terasa sudah hampir subuh,setelah banyak yang diceritakan sama nenek,akan tetapi didalam hati saya selalu bertanya tanya..karena saya harus menunggu jawaban sampai besok atau kapan…? Akhirnya saya pamitan kembali kerumah Bapak Kasnadi,setelah saya sampai dirumah Bapak Kasnadi lalu saya bercerita apa yang saya alami tadi,semua yang mendengar cerita saya malah tersentak kaget sekali,saya pun malah tidak mengerti kenapa orang-orang bisa kaget saya bercerita ketemu sama nenek yang saya temukan tadi,dan saya cerikan rumahnya ada gapura besar dari batu bata dan didalamnya ada pondopo,Bapak Kasnadi yang mendengar cerita saya tidak mau menjawab dan kelihatan gugup sekali lalu pergi entah kemana dan lagi 5 menit Bapak Kasnadi datang sama seorang Kakek-kakek tua yang dipanggil Kyai dan Bapak Kasnadi menjelaskan apa yang saya alami tadi,Bapak Kyai pun geleng-geleng kepala keheranan dan sambil mengambil tangan saya lalu berdoa entah apa yang di ucapkan oleh Bapak Kyai,dan tidak lama Bapak Kyai bertanya kepada saya bagaimana awalnya sampai ketemu seorang nenek tua di seberang sana,dan saya pun menjelaskan apa yang saya alami tadi,Bapak kyai lalu menuturkan apa yang mereka tahu selama ini, tutur Bapak Kyai….!!
Disini sejak dahulu dari cerita Mbah Buyut Kyai bahwa ditanah ini merupakan pernah ada Desa yang bernama Karang Pepatihan yang dihuni oleh Para abdi Kerajaan Blambangan ada yang menjadi Patih,Demung,Tumenggung dll nya,akan tetapi itu sudah berabad – abad yang lalu sirnah hanya menyisakan bekas saja,dan betul di seberang sana itu dahulu ada sebuah makam keramat dan ada Gapuro dari batu bata merah sekarang sudah tidak ada dan sudah dibangun sekolahan,dan tempat itu dahulunya memang sangat angker disamping pintu masuk ada pohon beringin besar,tiap malam selalu ada suara tangisan kadang-kadang ketawa yang membuat orang lewat ketakutan dan lari tunggang langgang,setetah lama kelamaan Kami di Desa ini mencari tahu,gimana caranya agar tidak diganggu terus lalu kami se Desa menggunakan sesaji Jawa atas permintaan penunggu disana dan minta di pindahkan,setelah itu tidak lagi ada yang mengganggu dan sekarang sudah dibangun sekolahan,jadi yang sanak lihat tadi malam itu memang benar dan Beliau penunggu disana mungkin memberikan sanak petunjuk kusus,,papar Bapak Kyai dengan nada pelan-pelan,saya akhirnya mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Kyai yang telah banyak bertutur pengalaman.
singkat cerita.. lalu nenek itu mengajak saya kerumahnya,dari luar saya melihat lentera terbuat dari batok kelapa isi minyak,depan rumah nenek pintu masuk ada sebuah gapura kuno terbuat dari bata merah,saya di ajak masuk kedalam dan duduk di sebuah pandopo kuno terbuat dari kayu,nenek lalu bercerita…dan bertanya lagi…Raden dari mana mau kemana…?, saya menjawab..nenek… saya dari Bali.. dan nenek berkata…Raden..ketahuilah Raden bukanlah orang Bali melainkan berasal dari Jawa..saya mendengar perkataan nenek itu akhirnya saya tersentak apa maksud perkataan nenek tersebut..mengatakan saya asal dari Jawa akhirnya nenek banyak bercerita tentang saya dan saya pun sulit mengerti maksud nenek,dan saya balik bertanya..nenek kenapa tinggal disini sendiri,keluarga nenek dimana…?lalu nenek bercerita panjang lebar kisahnya berada disana…sambung nenek...nenek adalah istri dari seorang Patih Kerajaan Blambangan dan Desa ini adalah bernama Karang Pepatihan,semua telah tiada karena perang saudara termasuk suami nenek meninggal dimedan perang,masyarakat yang lain ada yang mengungsi jauh sampai sekarang nenek hanya sebatang kara di tempat ini,…Raden…besok datanglah keselatan disana Raden akan menemukan jawaban semuanya.
Hari semakin larut tidak terasa sudah hampir subuh,setelah banyak yang diceritakan sama nenek,akan tetapi didalam hati saya selalu bertanya tanya..karena saya harus menunggu jawaban sampai besok atau kapan…? Akhirnya saya pamitan kembali kerumah Bapak Kasnadi,setelah saya sampai dirumah Bapak Kasnadi lalu saya bercerita apa yang saya alami tadi,semua yang mendengar cerita saya malah tersentak kaget sekali,saya pun malah tidak mengerti kenapa orang-orang bisa kaget saya bercerita ketemu sama nenek yang saya temukan tadi,dan saya cerikan rumahnya ada gapura besar dari batu bata dan didalamnya ada pondopo,Bapak Kasnadi yang mendengar cerita saya tidak mau menjawab dan kelihatan gugup sekali lalu pergi entah kemana dan lagi 5 menit Bapak Kasnadi datang sama seorang Kakek-kakek tua yang dipanggil Kyai dan Bapak Kasnadi menjelaskan apa yang saya alami tadi,Bapak Kyai pun geleng-geleng kepala keheranan dan sambil mengambil tangan saya lalu berdoa entah apa yang di ucapkan oleh Bapak Kyai,dan tidak lama Bapak Kyai bertanya kepada saya bagaimana awalnya sampai ketemu seorang nenek tua di seberang sana,dan saya pun menjelaskan apa yang saya alami tadi,Bapak kyai lalu menuturkan apa yang mereka tahu selama ini, tutur Bapak Kyai….!!
Disini sejak dahulu dari cerita Mbah Buyut Kyai bahwa ditanah ini merupakan pernah ada Desa yang bernama Karang Pepatihan yang dihuni oleh Para abdi Kerajaan Blambangan ada yang menjadi Patih,Demung,Tumenggung dll nya,akan tetapi itu sudah berabad – abad yang lalu sirnah hanya menyisakan bekas saja,dan betul di seberang sana itu dahulu ada sebuah makam keramat dan ada Gapuro dari batu bata merah sekarang sudah tidak ada dan sudah dibangun sekolahan,dan tempat itu dahulunya memang sangat angker disamping pintu masuk ada pohon beringin besar,tiap malam selalu ada suara tangisan kadang-kadang ketawa yang membuat orang lewat ketakutan dan lari tunggang langgang,setetah lama kelamaan Kami di Desa ini mencari tahu,gimana caranya agar tidak diganggu terus lalu kami se Desa menggunakan sesaji Jawa atas permintaan penunggu disana dan minta di pindahkan,setelah itu tidak lagi ada yang mengganggu dan sekarang sudah dibangun sekolahan,jadi yang sanak lihat tadi malam itu memang benar dan Beliau penunggu disana mungkin memberikan sanak petunjuk kusus,,papar Bapak Kyai dengan nada pelan-pelan,saya akhirnya mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Kyai yang telah banyak bertutur pengalaman.
Keesokan hari saya berniat jalan-jalan keselatan
dan Bapak Kyai menyuruh dua muridnya untuk mengantarkan saya
jalan-jalan,singkat cerita sampailah saya di sebuah dermaga pelabuhan yang
bernama Muncar sebelumnya saya tidak pernah kesana,sambil saya duduk ditepi
laut,banyak kapal ikan sedang membongkar hasil tangkapannya,sejenak saya
memandang ke Timur disana ada sebuah bukit bernama bukit sembulungan yang
dijelaskan oleh Solihin anak buah Kyai yang ngatar saya,tiba-tiba pandangan
saya nembus keselatan sangat jauh disana ada sebuah hutan yang sangat lebat
kelihatan dari kejauhan dan ditengah-tengah ada sebuah pohon besar berwarna
putih seolah-olah menarik saya,lalu saya bertanya kepada Solihin bersama Sodik anak
buah Kyai…mas..itu Hutan apa namanya,ayok kita kesana … lalu Solihin tersetak
dan menjawab…jangan…itu alas sangat angker bernama Alas Purwo,siapa yang masuk
tidak bisa kembali lagi…saya mendengar perkataan Solihin malah saya penasaran,
keinginan saya harus ke lokasi tersebut, se saat kita malah berdebat kecil
akan tetapi akhirnya mereka mau mengantarkan saya dengan hati yang ketakutan,akhirnya
kita berempat sampai dipinggiran Alas Purwo,saya turun dari sepeda motor di
sebuah Desa pinggiran Alas Purwo,disana ada sebuah warung kecil sambil saya
menghilangkan rasa lelah mengendarai sepeda motor selama 1 jam dari Muncar melewati persawahan
yang sangat luas,di warung ada seorang ibu-ibu separuh baya menunggui warungnya
sambil saya memesan kopi,air dan jajan ber’empat diwarung lalu saya bertanya
sama ibu itu….Ibu…ma,af…ini Desa Apa Namanya ..? ibu itu lalu menjawab..ini
Desa Mejaya Nak…trus nanak dari mana mau kemana…?
ilustrasi rumah di Desa Mejaya
Saya lalu menjelaskan awal
perjalanan saya dari Denpasar sampai di Desa Mejaya,ma,af ibu…saya ingin ke
Alas Purwo,apakah Hutan di seberang Desa ini bernama Alas Purwo ya bu…lalu
dengan nada gemetar ibu itu lalu menjawab..Nak…itu benar bernama Alas
Purwo..jangan kesana ya nak..itu hutan sangat angker,siapa yang masuk tidak
bisa kembali lagi,penduduk disini saja semua takut masuk kesana,tujuan nanak ke
Alas Purwo ada apa..? lalu saya jelaskan gimana kejadian di Muncar,keinginan
sangat besar ingin tahu yang namanya Alas Purwo,akhirnya ibu itu berpesan ..nak!!!..
usahakan jangan masuk sampai kedalam,dan usahakan cepat pulang sebelum
sandikolo atau sebelum matahari terbenam!!.,pesan ibu selalu saya ingat
selamanya,setelah saya selesai minum kopi dan jajan ber’empat lalu saya pamitan
sama ibu itu melanjutkan perjalanan menuju Alas Purwo,diselah-selah perjalanan
saya berbincang-bincang sama teman-teman karena saya tumben melihat dan masuk
perkampungan sangat tradisional kuno,bangunannya banyak yang masih beratap
alang-alang ada yang dari blarak (daun kelapa),dinding rumah terbuat dari kayu ditata dengan
bambu,masyarakatnya berpakian serba kain batik kuno yang lusuh,teman saya juga
heran karena tumben masuk ke Desa Mejaya yang kehidupan Masyarakatnya masih
sangat Desa dan alami,didepan rumah masing-masing warga terdapat bale terbuat
dari kayu dan bambu seperti teras untuk santai,jalan yang saya lalui masih jalan tanah isi
batu gladag tertata rapi membuat sepeda motor saya tidak bisa ngebut,setelah 2
km Desa Mejaya saya lalui akhirnya saya masuk dipinggiran Alas Jati yang sangat
luas sepanjang mata memandang sekitar 10 km lebih akhirnya saya tiba di sebuah
bangunan Gapura Kuno yang sudah roboh mungkin kemakan usia ,
Salah Satu Contoh Batu reruntuhan Candi Gapura Situs yang ada di Alas Purwo
bagunan tersebut tidak ada tembok pembatas seperti sekarang,disana saya melihat ada 2 orang setengah baya dan satunya agak tua yang duduk santai,saat itu saya lewat saja tanpa menghiraukan siapa itu dan saya menuju keselatan akhirnya saya tiba di pinggir laut selatan yang ombaknya sangat ganas,saya santai ber’empat sambil berbincang-bincang tidak disangka hari semakin larut,dan saya ingat pesan ibu tadi agar tidak masuk kedalam hutan dan cepat balik sebelum sandikala,akhirnya saya berempat kembali menyusuri jalan yang tadi saya lewati dan tiba di bangunan Gapura Kuno,entah apa yang terjadi dalam hati saya saat itu merasa tertarik ingin mendekat ke orang tua tersebut,saya turun dari sepeda motor berempat akan tetapi teman saya lagi satu bernama sodik ketakutan tidak mau mengikuti saya masuk ke Candi Gapura menemui orang tua itu,saya mengucapkan salam Rahayu..Kedua orang tua itu menjawab Rahayu..dan mempersilahkan saya duduk didekatnya,Adik saya dan Solihin ketakutan karena orang tua itu membawa golok panjang berpakaian batik kuno tidak memakai baju,apalagi keberadaan kita saat itu ada di hutan tidak ada orang lewat satu pun,akhirnya saya menyapa kedua kakek yang duduk di samping reruntuhan Gapura yang terkenal dengan situs Kawitan,ternyata bahasa kedua kakek itu malah saya sama sekali tidak mengerti untung anak buah Bapak Kyai yaitu si solihin mengerti sedikit-sedik bahasa Jawa halus kromo inggil,sambil meminta rokok kepada saya lalu kakek itu duduk santai dan bercerita,ada tiga perkataan kakek itu sampai sekarang saya tidak lupa,yang diterjemahkan oleh si solihin tiap-tiap kalimat.
yang pertama ..Raden...sekarang lebih baik Raden pulang karena istri dan anak Raden masih bayi menunggu di rumah,trus kalimat yang kedua...Raden hari sudah hampir gelap sebelum Raden menemui Alam Maya lebih baik pulang..trus kalimat ketiga bahwa kakek itu mengaku berumur 400 thn yang satunya sudah berumur 700 thn,,tersentak saja awalnya saya tidak percaya karena tidak ada manusia biasa bisa hidup lebih dari 100 thn jaman sekarang,,setelah lama berbincang-bincang akhirnya saya pamitan dan tiba-tiba kedua kakek itu menghilang dengan sekejap mata didepan saya entah kemana,ini yang membuat semua ketakutan disamping itu juga hari sudah hampir sandikala,dan saya bersama-sama bergegas secepatnya pulang , sesampai saya di tepi hutan mau melawati Desa pertama yaitu Desa Mejaya,sampai jauh kita sama-sama naik sepeda motor melewati persawahan rasanya Desa Mejaya sudah lewat akan tetapi sampai jauh hampir muncar saya tidak menemukan Desa Mejaya,ini juga yang membuat saya kebingungan,berarti semua yang saya temukan itu baik Desa Majaya,Dua Kakek tua yang umurnya tidak masuk di akal merupakan alam maya .
inilah kisah pertama saya, tunggu kisah yang lainnya yaitu :
- Menyusuri Alas Purwo dari Alas pinggir sampai kedalam perjalanan 9 tahun
- Bertemu leluhur,alam gaib,diberi tugas
- Pernemuan beberapa Situs Kuno di dalam hutan
- Lumpuh karena menentang tugas
- Mimpi masuk ke alam Bwah Loka,
- Tirta Sapta Gangga Alas Purwo pemberian Dewata merupakan kunci Gaib Candi Purwo
- Penemuan Prasasti Nusantara
- Pembacaan Prasasti Nusantara
- Perjalanan keliling Nusantara memohon Doa Restu dalam Pembangunan Candi Purwo
- Di buang di dalam Alas Purwo,Gunung Tugu selama 42 hari
- Bertemu sama Hyang Empu Saguna dan dititipin anak
Salah Satu Contoh Batu reruntuhan Candi Gapura Situs yang ada di Alas Purwo
bagunan tersebut tidak ada tembok pembatas seperti sekarang,disana saya melihat ada 2 orang setengah baya dan satunya agak tua yang duduk santai,saat itu saya lewat saja tanpa menghiraukan siapa itu dan saya menuju keselatan akhirnya saya tiba di pinggir laut selatan yang ombaknya sangat ganas,saya santai ber’empat sambil berbincang-bincang tidak disangka hari semakin larut,dan saya ingat pesan ibu tadi agar tidak masuk kedalam hutan dan cepat balik sebelum sandikala,akhirnya saya berempat kembali menyusuri jalan yang tadi saya lewati dan tiba di bangunan Gapura Kuno,entah apa yang terjadi dalam hati saya saat itu merasa tertarik ingin mendekat ke orang tua tersebut,saya turun dari sepeda motor berempat akan tetapi teman saya lagi satu bernama sodik ketakutan tidak mau mengikuti saya masuk ke Candi Gapura menemui orang tua itu,saya mengucapkan salam Rahayu..Kedua orang tua itu menjawab Rahayu..dan mempersilahkan saya duduk didekatnya,Adik saya dan Solihin ketakutan karena orang tua itu membawa golok panjang berpakaian batik kuno tidak memakai baju,apalagi keberadaan kita saat itu ada di hutan tidak ada orang lewat satu pun,akhirnya saya menyapa kedua kakek yang duduk di samping reruntuhan Gapura yang terkenal dengan situs Kawitan,ternyata bahasa kedua kakek itu malah saya sama sekali tidak mengerti untung anak buah Bapak Kyai yaitu si solihin mengerti sedikit-sedik bahasa Jawa halus kromo inggil,sambil meminta rokok kepada saya lalu kakek itu duduk santai dan bercerita,ada tiga perkataan kakek itu sampai sekarang saya tidak lupa,yang diterjemahkan oleh si solihin tiap-tiap kalimat.
yang pertama ..Raden...sekarang lebih baik Raden pulang karena istri dan anak Raden masih bayi menunggu di rumah,trus kalimat yang kedua...Raden hari sudah hampir gelap sebelum Raden menemui Alam Maya lebih baik pulang..trus kalimat ketiga bahwa kakek itu mengaku berumur 400 thn yang satunya sudah berumur 700 thn,,tersentak saja awalnya saya tidak percaya karena tidak ada manusia biasa bisa hidup lebih dari 100 thn jaman sekarang,,setelah lama berbincang-bincang akhirnya saya pamitan dan tiba-tiba kedua kakek itu menghilang dengan sekejap mata didepan saya entah kemana,ini yang membuat semua ketakutan disamping itu juga hari sudah hampir sandikala,dan saya bersama-sama bergegas secepatnya pulang , sesampai saya di tepi hutan mau melawati Desa pertama yaitu Desa Mejaya,sampai jauh kita sama-sama naik sepeda motor melewati persawahan rasanya Desa Mejaya sudah lewat akan tetapi sampai jauh hampir muncar saya tidak menemukan Desa Mejaya,ini juga yang membuat saya kebingungan,berarti semua yang saya temukan itu baik Desa Majaya,Dua Kakek tua yang umurnya tidak masuk di akal merupakan alam maya .
inilah kisah pertama saya, tunggu kisah yang lainnya yaitu :
- Menyusuri Alas Purwo dari Alas pinggir sampai kedalam perjalanan 9 tahun
- Bertemu leluhur,alam gaib,diberi tugas
- Pernemuan beberapa Situs Kuno di dalam hutan
- Lumpuh karena menentang tugas
- Mimpi masuk ke alam Bwah Loka,
- Tirta Sapta Gangga Alas Purwo pemberian Dewata merupakan kunci Gaib Candi Purwo
- Penemuan Prasasti Nusantara
- Pembacaan Prasasti Nusantara
- Perjalanan keliling Nusantara memohon Doa Restu dalam Pembangunan Candi Purwo
- Di buang di dalam Alas Purwo,Gunung Tugu selama 42 hari
- Bertemu sama Hyang Empu Saguna dan dititipin anak
Ritual perjalanan ke Pura Agung Blambangan,Candi Prambanan,Candi Borobudur,Parang Tritis,Puncak Lawu,Rombongan yang lain ada yang ketrowulan, dll,memohon Doa Restu agar Pembangunan Candi Purwo bisa terwujud
Berlanjut Ke Cerita : Perjalanan Sejarah Penemuan Situs Candi Purwo Part 2.
untuk melihat peta lokasi Candi Purwo bisa klik dibawah ini.
https://goo.gl/maps/C1Xf6rEmArz
Comments