Upacara mecaru Rsi Gana di Candi Purwo



        Alas Purwo sudah dari sejak dahulu terkenal keangkerannya apa yang di katakan pendahulu masyarakat sekitar Alas Purwo yaitu Jalmo moro jalmo mati (siapa yang masuk berniat tidak baik pasti mati)………itu masih berlaku dari turun temurun,sering terjadi dari dahulu sampai sekarang, orang masuk ke dalam Alas Purwo yang berpikiran kotor pasti menemukan sial ada yang bisa pulang akan tetapi masalah kehidupan selalu menghantui,mengambil barang-barang di dalam hutan Purwo juga mengakibatkan masalah bertubi-tubi dan bernasib buruk si pelaku dalam kehidupannya selamanya, Kutukan ini sudah ada dari sejak dahulu dan tidak bisa di indahkan,disinilah kita harus berpikir jernih,berbuat dan berlaku baik kalau sudah masuk Alas Purwo.Alas Purwo memiliki areal Hutan Lindung yang sulit di ukur dengan alat karena di dalam ada Alam yang berlapis-lapis, tujuh(7) sapta loka,tujuh (7)sapta petala,tujuh alam ke atas dan tujuh alam kebawah,sering orang-orang yang berniat tidak bagus menemukan alam maya dengan tidak sadar dia masuk menyusuri jalan yang sangat bagus yang belum pernah dia lihat sebelumnya akhirnya dia kebingungan kembali karena jalan yang dilalui tadi tidak ditemukan lagi,kadang-kadang kita sering menemukan tempat ladang yang penuh pohon buah-buahan,tanaman palawija yang sangat luas,ada juga goa berisi harta yang sangat banyak,ada juga sebuah hutan terisolasi yang didalamnya banyak pohon akarnya melilit siapa saja menyentuhnya baik binatang maupun manusia yang lewat pasti dililt dan memangsa,ada juga goa binatang buas,itu semua yang kita lihat adalah alam yang sangat berbeda tapi nyata,disini niat kita di uji apakah kita berpikiran jelek,jahat atau serakah..?
         Keangkeran Alas Purwo sulit kita bayangkan,dari jaman prasejarah,sejarah dan sampai sekarang Alas Purwo masih menyimpan banyak misteri dan dijaga banyak mahluk alus/gaib seperti gondorowo,butoijo,kemangmang,memedi,banespati,wong samar/gamang dan lai-lain.
Tanah/ lokasi yang akan di bangun Candi Purwo juga di jaga mahluk sejenis itu dan juga binatang buas seperti ular yang sangat besar,raja kobra,ular kendang,ular piton,harimau,merak,monyet,sampai sekarang masih sering muncul.
       Apalagi kita akan membangun sebuah bangunan Suci berupa Candi,ada beberapa konsep yang harus kita pahami sebelum melakukan aktifitas dari babat hutan,nyukat karang,mulai membangun dan menempati, ini semua ada tatacaranya yang harus di patuhi demi keselamatan kita semua,disamping keangkeran Alas Purwo disana banyak penunggu-penunggu gaib yang tidak kelihatan dari kasat mata,

Keraton Blambangan yang di Rowo bayu

Upacara Rsi Gana
 
Upacara Rsi Gana adalah bagian dari upacara Bhuta Yadnya di Jawa sering disebut Ritual Dhangyangan,upacara/ritual ini bertujuan sebagai salah satu bentuk ritual untuk menetralisir kekuatan alam semesta / Panca Maha Bhuta.
Upacara Rsi Gana
Upacara ini diselenggarakan dengan tujuan supaya manusia terhindar dari berbagai halangan Namun dalam penyelenggaraan “upacara Rsi Gana” memang tidak pernah terlepas dari penggunaan caru sebagai landasan upacaranya
Upacara Rsi Gana bisa diikuti berbagai macam caru
Adapun jenis caru yang mengikuti upacara Rsi Gana ini tergantung tingkatan Rsi Gana bersangkutan
Rsi Gana Alit diikuti dengan caru ekasata yang lazim dikenal dengan sebutan ayam brumbun (seekor ayam dengan bulu Lima jenis warna)
Rsi Gana Madya diikuti dengan caru pancasata (lima ekor ayam dengan bulu berbeda).
Rsi Gana Agung diikuti dengan caru pancakelud ditambah seekor bebek putih, menggunakan seekor kambing sebagai dasar kurban caru.
Di Candi Purwo membuka     Alas Pertama kita gunakan Rsi Gana Madya atau Pancasata lima ekor ayam yang warnanya menurut tempat.
Jadi, pelaksanaan upacara Rsi Gana adalah bertujuan untuk memuja Dewa Gana Pati atau Ganesa yang merupakan Dewa Penguasa para Gana atau para abdi Dewi Durga, Dewa Siwa, dan Gana Pati sendiri.
Campuan di Candi Purwo
Dalam kitab Sarasamuscaya 135 disebutkan, bahwa untuk menjamin terwujudnya tujuan hidup mendapatkan Dharma, Artha, Kama dan Moksha, terlebih dahulu harus melakukan Butha Hita. Butha Hita artinya mensejahterakan alam lingkungan. Untuk melakukan Butha Hita, itu dengan cara melakukan Butha Yadnya. Hakekat Butha Yadnya itu adalah menjaga keharmonisan alam agar alam itu tetap sejahtera. Alam yang sejahtera itu artinya alam yang harmonis

Caru, dalam bahasa Jawa-Kuno (Kawi) artinya : korban (binatang), sedangkan ‘Car‘ dalam bahasa Sansekerta artinya ‘keseimbangan/keharmonisan’. Jika dirangkaikan, maka dapat diartikan : Caru adalah korban (binatang) untuk memohon keseimbangan dan keharmonisan.

‘Keseimbangan/keharmonisan’ yang dimaksud adalah terwujudnya ‘Tri Hhita Karana’ yakni
keseimbangan dan keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan),
sesama manusia (pawongan), dan dengan alam semesta (palemahan).

Hutan Angker Candi Purwo
Dalam Ritual membuka Alas untuk membangun Candi Purwo banyak yang kesurupan,sepertinya terlihat di video berikut,itu bertanda kehadiran Beliau.
Tempat yang akan di bangun Candi Purwo merupakan tempat dengan kutukan dalam perjanjian antara Sabdapalon dengan Penguasa tanah Jawa tahun 1478 yang silam,dan setelah perjanjian, tempat ini di jaga oleh mahluk halus yang sangat angker dan menyeramkan,maka dari itu sebelum kita menemukan tempat ini ada perjalanan yang dari awal kita telah lalui dengan tidak sengaja dan menuruti apa yang di dapat di dalam hutan selama 9 tahun menyusuri Alas Purwo sampai diberikan kunci yang berupa tirta Sapta Gangga ( tujuh tirta suci dari Dewata ) untuk membuka Gaib disini, karena tempat ini di sembunyikan dan di jaga oleh Gaib selama 500 tahun yang lalu,Baca buku perjalanan dengan judul Candi Purwo Jejak Nusantara yang sudah beredar

Video Ritual pengeruakan karang ,Ritual awal sebelum Candi Purwo di Bangun

Terimakasih telah singgah di Blog Candi Purwo,tunggu artikel-artikel berikutnya ...matur nuwun...Rahayu
https://candipurwo.blogspot.co.id









Comments

Popular posts from this blog

Misteri dan Sejarah Candi Purwo

Perjalanan Panjang Sejarah Leluhur pendiri Candi Purwo Sang Putu Jumatang

Amanah Sang Prabu Brawijaya V dengan Sabda Palon terbukti