Candi Purwo menjadi Pusat Kawitan Nusantara
Setelah Candi
Purwo di bangun mulai banyak masyarakat tahu dari media,baik dari
jejaring social maupun informasi dari keluarga atau teman.
dihari-hari tertentu
yang di anggap keramat mulai teman-teman,saudara berdatangan ke Candi Purwo
melakukan Ritual Nyadranan,makin dikenalnya Candi Purwo mulai banyak yang
mendapatkan petunjuk masing-masing rombongan yang datang ke Candi Purwo,ini
mengingatkan kita satu saudara satu leluhur satu kawitan/asal.inilah yang
terjadi dari saudara kita yang menganut kejawen dan juga saudara kita dari Bali
beberapa waktu ini kebingungan mencari Kawitannya ternyata petunjuk Niskala
Leluhur Beliau ada di Candi Purwo akhirnya dinyatakan bahwa Candi Purwo adalah
Kawitannya
Banyak Masyarakat dari Bali mencari Kawitan/Asal di Candi Purwo
masalah ini merembet kemana-mana semakin di kenal Candi Purwo
semakin banyak yang memilik Candi tersebut untuk bersatu.
Seiring
dengan waktu semakin hari semakin banyak yang kembali eling dengan
Kawitan,asalnya itu menandakan Leluhur Nusantara mulai mencari anak
putunya agar kembali eling dengan
jatidiri Bangsa.
Masyarakat
Kejawen biasanya di hari-hari tertentu mengadakan Ritual Nyadranan,membawa
sesaji berisi tumpeng,ingkung,pecok bakal dalam wadah saji,dan menghaturkan
hasil panen,mereka berbondong-bondong datang ke Candi Purwo berdoa memohon
keselamatan setelah panen.
Masyarakat dari berbagai kepercayaan sebelum dan setelah panen banyak yang berdatangan mengadakan Ritual memohon keselamatan Lahir Batin,ini kedepan bisa menjadi tujuan Wisata Banyuwangi
PESAN SANG PRABU BRAWIJAYA ( PRASASTI NUSANTARA )
Sekarang kita berpisah,nanti setelah 500 tahun yang akan datang, tiap
Purnama Ke- Tiga (3) kita kumpul disini dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangrwa.
Saya akan datang menunggu Sabda Palon dan anak didiknya. Tempat ini saya akan tengger dengan tongkat dari Betara Guru yang nantinya akan tumbuh menjadi pohon Kelampis Ireng, lambang kembalinya saya ketanah jawa bersama pasukan Negeri Majalengka Nusantara.
Kutitipkan negri ini sekarang, jagalah baik-baik dan berhati-hatilah karena negeri ini banyak yang akan menginginkan, jangan sampai dijajah bangsa lain. Ingatlah kita sebagai orang Nusantara berpusat di Jawa, jangan kamu melupakan Agama Jawa,Adat, Budaya Jawa.
Jangan kamu melupakan Dhang Hyang Tanah Jawa, adanya kita karena Beliau yang menurunkan orang-orang di nusantara ini, kalau tidak ada beliau menurunkan anak atau keturunan, kita tidak mungkin ada di Nusantara ini.
Negeri ini sangat kaya alam, apa yang dicari untuk keperluan hidup disini sudah disediakan karena itu banyak orang luar yang akan datang dengan cara licik menjajah, menghasut, mengadudomba demi keuntungannya.
Ingatlah baik-baik sabdaku ini. Kalau kamu melupakan asalmu dari jawa, kamu samadengan kena kutuk, negeri ini akan hancur, manusia saling berebut, saling merasa benar, saling berkuasa, ingin menjadi yang paling dihormati, menyebarkan ajaran baru yang akan nantinya merusak tatanan agama jawa, adat jawa, budaya jawa yang asli, melupakan sejarah asal dari jawa, akhirnya bencana akan datang menelan kamu dan seisi dari keserakahanmu, negerimu hancur kesengsaraan dimana-mana sampai kamu musnah semuanya, itulah kutukan Betara Guru yang saya sabdakan untuk kebaikan rakyat saya dinegeri ini. Hormatilah Catur Guru janganlah percaya dengan ajaran orang luar, jangan mengangkat Hulubalang (Pemerintahan) dari negeri lain (luar negeri).
Seandainya kamu percaya dan tunduk kepada orang luar negeri, negeri ini akan dijajah, hasil kekayaan negeri ini akan dihabiskan, rakyat akan dibodohi, ditindas demi kepentingan orang luar, lama-lama orang jawa akan habis, Tanah dikuasai orang luar, kita mau kemana? Begitulah sifat-sifat orang luar, serakah, sering berkedok sebagai orang baik dan suci tetapi dihatinya busuk, sejarah jawa dan nusantara dilupakan, cerita yang direkayasa orang luar untuk menjajah negeri ini disembah-sembah, dihormati dan ditaati.Itulah yang akan terjadi kalau kamu melupakan asalmu dari jawa.
Sekarang saya akan pergi, kamu yang masih setia akan negeri ini pergilah, jangan kamu bertengkar atau berperang, siapa yang mendahului itu akan kukutuk dan hancur. Bencana, mala petaka, wabah penyakit akan melanda daerahnya.
Pergilah keselatan, disana ada seorang petapa ditimur kali asta( Kalilaci) mintalah restu dan petunjuk disana, menyebarlah kehutan, kegunung bagian timur dan barat.
Ki Ageng ! Kamu saya tugaskan mengasuh ketiga putriku ini yang sempat saya bawa sampai disini, jagalah dia baik-baik.
Sang putri paling besar bernama Agung Pradnyawati
Yang ke dua bernama Ayu Styowati
Yang ke tiga bernama Dewi Acintyawati
Sekarang masuklah kamu kehutan purwo, didalam ada sebuah Candi Peryangan Empu Bajra Satwa (Gunung Tugu) bergabunglah bersama petapa disana dan minta petunjuk.
Lewatlah jalan bagian selatan kamu akan menemukan Taman Sari (teratai yang sangat banyak) lalu ketimur disana ada pintu gerbang menuju Peryangan Empu Bajra Satwa. Seandainya di Gunung Tugu (Peryangan Hyang Tugu) tidak aman larilah ketimur menyebranglah ke-Bali selatan didaerah Karang Taked/Tunggak Pring desa Peduwungan titiplah putriku ini kepada Dalem Peduwungan (PEDUNGAN-BADUNG) dan Keturunan Rare Angon(titisan Ciwa)sebagai guru suci(Brahmana) dan penguasa disana dulunya dipercaya sebagai sekretaris dan bendahara pembangunan pura di Bali.
Dan ini pusaka Keraton Majapahit berupa:
1. Seperangkat Busana dan Perhiasan
2. Baju Lemana Kerajaan ( Baju Perang)
3. Tombak Padma Yoni (bermata dua)
4. Cakra dari Bhatara Dalem
5. Taring Naga Basukih
6. Tameng
7. Tulup/supit
8. Tujuh ( 7) Keris dan yang satunya merupakan pusaka pejenengan leluhur singosari sampai Majapahit yaitu : Keris berlambang Matsya Awatara bertahtah 7 dengan permata dan mirah dilapisi emas. Didalam pamor keris bergambar peta Tulembang (Sumatra), Mayura (Madura), Jawi (Jawa), Werangka (sarung Keris) dengan kayu hitam dan yang satu dengan gading gajah.
9. Bendera Pusaka Majapahit (Merah Putih)
10. Dan Peti berisi kayu dan obat-obatan
11. Peti yang lain berisi catatan sejarah (Prasasti)
Saya akan datang menunggu Sabda Palon dan anak didiknya. Tempat ini saya akan tengger dengan tongkat dari Betara Guru yang nantinya akan tumbuh menjadi pohon Kelampis Ireng, lambang kembalinya saya ketanah jawa bersama pasukan Negeri Majalengka Nusantara.
Kutitipkan negri ini sekarang, jagalah baik-baik dan berhati-hatilah karena negeri ini banyak yang akan menginginkan, jangan sampai dijajah bangsa lain. Ingatlah kita sebagai orang Nusantara berpusat di Jawa, jangan kamu melupakan Agama Jawa,Adat, Budaya Jawa.
Jangan kamu melupakan Dhang Hyang Tanah Jawa, adanya kita karena Beliau yang menurunkan orang-orang di nusantara ini, kalau tidak ada beliau menurunkan anak atau keturunan, kita tidak mungkin ada di Nusantara ini.
Negeri ini sangat kaya alam, apa yang dicari untuk keperluan hidup disini sudah disediakan karena itu banyak orang luar yang akan datang dengan cara licik menjajah, menghasut, mengadudomba demi keuntungannya.
Ingatlah baik-baik sabdaku ini. Kalau kamu melupakan asalmu dari jawa, kamu samadengan kena kutuk, negeri ini akan hancur, manusia saling berebut, saling merasa benar, saling berkuasa, ingin menjadi yang paling dihormati, menyebarkan ajaran baru yang akan nantinya merusak tatanan agama jawa, adat jawa, budaya jawa yang asli, melupakan sejarah asal dari jawa, akhirnya bencana akan datang menelan kamu dan seisi dari keserakahanmu, negerimu hancur kesengsaraan dimana-mana sampai kamu musnah semuanya, itulah kutukan Betara Guru yang saya sabdakan untuk kebaikan rakyat saya dinegeri ini. Hormatilah Catur Guru janganlah percaya dengan ajaran orang luar, jangan mengangkat Hulubalang (Pemerintahan) dari negeri lain (luar negeri).
Seandainya kamu percaya dan tunduk kepada orang luar negeri, negeri ini akan dijajah, hasil kekayaan negeri ini akan dihabiskan, rakyat akan dibodohi, ditindas demi kepentingan orang luar, lama-lama orang jawa akan habis, Tanah dikuasai orang luar, kita mau kemana? Begitulah sifat-sifat orang luar, serakah, sering berkedok sebagai orang baik dan suci tetapi dihatinya busuk, sejarah jawa dan nusantara dilupakan, cerita yang direkayasa orang luar untuk menjajah negeri ini disembah-sembah, dihormati dan ditaati.Itulah yang akan terjadi kalau kamu melupakan asalmu dari jawa.
Sekarang saya akan pergi, kamu yang masih setia akan negeri ini pergilah, jangan kamu bertengkar atau berperang, siapa yang mendahului itu akan kukutuk dan hancur. Bencana, mala petaka, wabah penyakit akan melanda daerahnya.
Pergilah keselatan, disana ada seorang petapa ditimur kali asta( Kalilaci) mintalah restu dan petunjuk disana, menyebarlah kehutan, kegunung bagian timur dan barat.
Ki Ageng ! Kamu saya tugaskan mengasuh ketiga putriku ini yang sempat saya bawa sampai disini, jagalah dia baik-baik.
Sang putri paling besar bernama Agung Pradnyawati
Yang ke dua bernama Ayu Styowati
Yang ke tiga bernama Dewi Acintyawati
Sekarang masuklah kamu kehutan purwo, didalam ada sebuah Candi Peryangan Empu Bajra Satwa (Gunung Tugu) bergabunglah bersama petapa disana dan minta petunjuk.
Lewatlah jalan bagian selatan kamu akan menemukan Taman Sari (teratai yang sangat banyak) lalu ketimur disana ada pintu gerbang menuju Peryangan Empu Bajra Satwa. Seandainya di Gunung Tugu (Peryangan Hyang Tugu) tidak aman larilah ketimur menyebranglah ke-Bali selatan didaerah Karang Taked/Tunggak Pring desa Peduwungan titiplah putriku ini kepada Dalem Peduwungan (PEDUNGAN-BADUNG) dan Keturunan Rare Angon(titisan Ciwa)sebagai guru suci(Brahmana) dan penguasa disana dulunya dipercaya sebagai sekretaris dan bendahara pembangunan pura di Bali.
Dan ini pusaka Keraton Majapahit berupa:
1. Seperangkat Busana dan Perhiasan
2. Baju Lemana Kerajaan ( Baju Perang)
3. Tombak Padma Yoni (bermata dua)
4. Cakra dari Bhatara Dalem
5. Taring Naga Basukih
6. Tameng
7. Tulup/supit
8. Tujuh ( 7) Keris dan yang satunya merupakan pusaka pejenengan leluhur singosari sampai Majapahit yaitu : Keris berlambang Matsya Awatara bertahtah 7 dengan permata dan mirah dilapisi emas. Didalam pamor keris bergambar peta Tulembang (Sumatra), Mayura (Madura), Jawi (Jawa), Werangka (sarung Keris) dengan kayu hitam dan yang satu dengan gading gajah.
9. Bendera Pusaka Majapahit (Merah Putih)
10. Dan Peti berisi kayu dan obat-obatan
11. Peti yang lain berisi catatan sejarah (Prasasti)
Nah Prasasti ini saya akan titipkan kepada seorang petapa supaya disabdakan
dan dititipkan kembali kepada Dewa Baruna agar aman. Nanti kalau sudah saatnya
Prasasti tersebut akan ditemukan oleh seorang yang diberi mandat dan perintah
dari Dewa Hyang Agung Toh Langkir (Dewa Penguasa Gunung Agung Bali).
Kutuklah prasasti itu supaya jangan jatuh ketangan yang salah, didalam prasasti sudah tertulis semua keturunan Majapahit yang tinggal di Bali yang nantinya akan membangun kembali Nusantara ini supaya Kerta Rahajeng.
Sekarang disini ditimur kalitiga ini merupakan hutan larangan, jangan sekali-kali masuk atau merusak,”Jalmo moro jalmo mati” kalau belum waktunya akan kena malapetaka dan tempat ini akan saya sabda setelah 500 tahun dari sekarang, bangunlah “Candi Purwo” (asal mula seluruh Nusantara). Bersatulah disini dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Ini pesanku terakhir, jangan dilupakan, kalau sudah waktunya belum kamu bangun tempat ini, seluruh dunia akan mengalami bencana, wabah penyakit dan negerimu akan hancur.
Setelah Candi di bangun, haturkanlah pakelem di Campuhan Agung, tempat Mahapatih Gajah Mada Moksa (timur laut Gunung Sembulungan Purwo).
Jangan sampai ini diabaikan : Eling Lan Waspodo.
Itulah Sabda Sang Prabu sebelum Beliau meninggalkan Hutan Larangan Kali Tiga Teluk Pangpang Alas Purwo Utara.
Kutuklah prasasti itu supaya jangan jatuh ketangan yang salah, didalam prasasti sudah tertulis semua keturunan Majapahit yang tinggal di Bali yang nantinya akan membangun kembali Nusantara ini supaya Kerta Rahajeng.
Sekarang disini ditimur kalitiga ini merupakan hutan larangan, jangan sekali-kali masuk atau merusak,”Jalmo moro jalmo mati” kalau belum waktunya akan kena malapetaka dan tempat ini akan saya sabda setelah 500 tahun dari sekarang, bangunlah “Candi Purwo” (asal mula seluruh Nusantara). Bersatulah disini dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Ini pesanku terakhir, jangan dilupakan, kalau sudah waktunya belum kamu bangun tempat ini, seluruh dunia akan mengalami bencana, wabah penyakit dan negerimu akan hancur.
Setelah Candi di bangun, haturkanlah pakelem di Campuhan Agung, tempat Mahapatih Gajah Mada Moksa (timur laut Gunung Sembulungan Purwo).
Jangan sampai ini diabaikan : Eling Lan Waspodo.
Itulah Sabda Sang Prabu sebelum Beliau meninggalkan Hutan Larangan Kali Tiga Teluk Pangpang Alas Purwo Utara.
Prasasti/Catatan Sejarah Nusantara
Sirno Hilang Kertaning Bumi
Nusantara Majapahit
Atau (1400 Candra/1478 M)
Nusantara Majapahit
Atau (1400 Candra/1478 M)
Itulah pesan Leluhur Nusantara yang tertulis dalam Prasasti Nusantara
Semoga kedepan Candi Purwo tambah rame,menjadikan Tujuan Wisata Spiritual Dunia....Rahayu...Rahayu....Rahayu....
https://candipurwo.blogspot.co.id/
untuk melihat peta lokasi Candi Purwo bisa klik dibawah ini.
https://goo.gl/maps/C1Xf6rEmArz
untuk melihat peta lokasi Candi Purwo bisa klik dibawah ini.
https://goo.gl/maps/C1Xf6rEmArz
Comments