Candi Purwo merupakan bekas Pusat Keraton Istimewa Nusantara

       Candi Purwo mulai di kenal banyak orang,dan mulai rame orang-orang berkunjung baik Ritual,Meditasi maupun bertamsya.
Pemerintah Daerah dan Pusat dengan mencanangkan Banyuwangi menjadikan tujuan Wisata Dunia semoga bisa terwujud.

 
 Pengunjung mulai banyak berdatangan Ritual ke Candi Purwo

       Tahun 2000 Lokasi Candi Purwo baru saya temukan berdasarkan tuntunan para Leluhur Penguasa Tanah Jawa,dengan perjalanan pajang sekitar 9 tahun berkelana di dalam Hutan Angker Alas Purwo akhirnya Para Leluhur Penguasa Tanah Jawa semua menunjukan kebenaran,Lokasi Candi Purwo ternyata berada di tanah bekas Keraton Daerah Istimewa ( TDI )terdaftar dalam Peta Blok BPN Badan Pertanahan Nasional sejak jaman Dahulu,sesuai Penemuan Prasasti Lontar disana tertulis apa yang sudah menjadi kehendak Beliau sejak terdahulu untuk kemakmuran Nusantara
Perjalanan panjang dari mencari,menemukan dan membangun kembali Candi Purwo penuh dengan cobaan dan halangan,akan tetapi dengan hati yang bersih,Iklas, akhirnya Candi Purwo tahun 2005 bisa berdiri dengan megah,padahal akses jalan mobil untuk membawa material belum memadai masih jalan setapak rawa-rawa sewaktu-waktu becek dan sangat licin.

 
Jalan ke Candi Purwo sewaktu-waktu air pasang dan licin sebelum di benahi

Semoga Pemerintah cepat membuatkan akses jalan agar Parawisata, bisa berkunjung lebih banyak,untuk meningkatkan pendapatan Daerah .


lokasi jalan ke Candi Purwo mulai di urug
 
 Baru-baru ini bulan November 2016 Jalan menuju Candi Purwo dalam pembenahan oleh Pemerintah setempat

       Pada bulan Maret tahun 2016 Kawasan Alas Purwo sudah masuk salah satu Cagar Biosfer Dunia oleh UNESCO.
Perjuangan dari Bapak  Prof Purwanto bertemu Bupati Anas  untuk meminta rekomendasi dan  dukungan masyarakat Banyuwangi mengegolkan rencana pemerintah pusat. 
Prof. Purwanto menjelaskan, Cagar Biosfer (Biosphere Reserves) merupakan situs yang ditunjuk berbagai  Negara melalui kerjasama program Man and The Biosphere Programme (MAB)  United Nations Education Social and  Cultural Organization (UNESCO ) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman  hayati dan pembangunan berkelanjutan.
Salah satu syarat sebuah situs bisa dijadikan nominasi adalah rekomendasi dari stakeholder terkait termasuk Pemerintah Daerah di mana situs tersebut berada. “Kami datang untuk meminta rekomendasi Pemkab Banyuwangi untuk mendukung Taman  Nasional Alas Purwo dan Gunung  Ijen diusulkan sebagai nominasi Cagar  Biosfer Dunia,” kata Prof. Purwanto  yang juga hadir bersama Kepala Balai  Nasional TN Alas Purwo Kholid Indarto  dan Kepala Bidang Pemantapan  Kawasan Dinas Kehutanan Provinsi Jatim I Nyoman Winata.
Bapak Purwanto mengatakan, pemerintah  Indonesia melalui rekomendasi dari Kementerian Kehutanan dan Pemerintah  Provinsi Jawa Timur memilih empat  situs untuk menjadi nominasi cagar  Biosfer yakni TN Alas Purwo, Gunung  Ijen, TN Meru Batiri dan TN Baluran.
Keempat lokasi ini akan diusulkan sebagai  satu kesatuan cagar biosfer yang  akan dinamakan Cagar Biosfer Blambangan. Meski dijadikan satu tapi nanti tidak akan ada perubahan status atas pengelolaan cagar tersebut. “Tidak akan ada konsekuensi terhadap status pengelolaan atau kepemilikan semuanya  tetap seperti semula.
Dengan  menjadi  cagar biosfer hanya pola pikir kita yang  akan berubah dalam mengelola cagar tersebut,” ujar Purwanto.  Tujuan cagar biosfer kata Purwanto,  adalah menggabungkan pelestarian keanekaragaman hayati dengan pemanfaatan sumber daya secara  berkelanjutan.
Dalam Cagar Biosfer  tiap-tiap tempat akan diberi zonasi  yang terdiri atas area inti (core area)  yakni kawasan konservasi dengan luas yang memadai, zona penyangga (buffer  zone) yakni wilayah yang mengelilingi  atau berdampingan dengan area inti serta area transisi (transition  zone) yakni wilayah terluar dan terluas  yang mengelilingi atau  berdampingan  dengan zona penyangga.
Maksud dari Area Inti  merupakan area konservasi yang tidak boleh diutak-atik dan ada di bawah perlindungan hukum, sedangkan  zona penyangga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang mendukung konservasi,” kata Bapak Purwanto.
Sementara area transisi, lanjut Bapak Purwanto, menjadi wilayah untuk kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya  alam secara lestari dan model-model pembangunan berkelanjutan yang bisa dipromosikan dan dikembangkan.
Cagar biosfer dunia ada beberapa keuntungan yang didapatkan  masyarakat di sekitar cagar berada.
     - Pertama adalah keuntungan ekologi dimana sumberdaya alam hayati dan budaya didalam cagar terlindungi dan terkelola dengan baik.
    - Kedua keuntungan  ekonomi di mana pengelolaan wilayah sekitar akan dikembangkan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat sekitar.
“Ini juga akan  menjadi promosi yang strategis bagi  Daerah karena ada 120 negara yang  menjadi anggota MAB-UNESCO yang  setiap tahunnya melakukan pertemuan  dan sharing tentang cagar budaya biosfer,” imbuh Purwanto.

      Meninjau Lokasi Candi Purwo oleh Bapak Purwanto bersama Kepala Desa setempat dan jajarannya 

Sementara itu Bupati Abdullah Azwar Anas mendukung TN Alas Purwo  dan Gunung Ijen menjadi nominasi   cagar biosfer. Sebab ini selaras dengan konsep ekoturisme yang diusung oleh  Daerah. “Kami akan memberikan   rekomendasi.
Kami sangat support dengan pengajuan nominasi TN Alas  Purwo dan Gunung Ijen sebagai cagar biosfer. Ini sejalan dengan konsep  pengembangan wisata kami yang   menyuguhkan lingkungan tetap lestari dan apa adanya,” kata Bapak Bupati Banyuwangi.


        Masyarakat mulai banyak berdatangan seiring mulai terkenalnya Candi Purwo menjadi tujuan Wisata Spiritual Banyuwangi...Rahayu...

https://candipurwo.blogspot.co.id










Comments

Popular posts from this blog

Misteri dan Sejarah Candi Purwo

Perjalanan Panjang Sejarah Leluhur pendiri Candi Purwo Sang Putu Jumatang

Amanah Sang Prabu Brawijaya V dengan Sabda Palon terbukti