Misteri dan Sejarah Candi Purwo
Masyarakat
Alas Purwo dari jaman dahulu sudah ada petunjuk dan wangsit dari para
pendahulu atau Leluhur meraka yang ada di Alas Purwo,wangsitnya adalah
sebagai berikut : kalau sudah waktunya akan ada anak kecil menunggang
kuda putih dari Purwo akan datang dengan membawa wangsit dari Leluhur
Jawi yang akan membantu dan membangun Alas Purwo menjadi Kota Pusat
Spiritual Nusantara saat itulah Nusantara mulai berangsur-angsur
mengalami perubahan,kemajuan ekonomi,pariwisata mulai akan muncul di
tanah Purwo,kuda putih yang dimaksud pada jaman sekarang apakah
kendaraan tersebut...?,dengan tidak sengaja, tidak di kehendaki,tidak
dipaksa dan tidak dimengerti sebelumnya.
Candi Purwo memiliki kekuatan Gaib yang sangat luar biasa,keunikan dan kesakralan yang tidak bisa dibicarakan dengan kata-kata.
Foto Upacara di Candi Purwo
Banyak yang kesurupan dalam Acara Ritual di Candi Purwo
Inilah salah satu sinar Orb ( sinar gaib yang ada di Candi Purwo )
Kuda
Putih yang selalu setia menemani Saya ( I Wayan Sucita ) dalam
menyusuri Alas Purwo sampai ikut ngayah ngangkut material di hutan
rawa-rawa yang sewaktu-waktu tidak bisa di lewati dengan mobil
biasa,kalau jaman dahulu orang-orang memakai kuda bisa masuk
hutan,nyeberang sungai,akan tetapi jaman sekarang peradaban mulai
berubah.
Si Kuda Putih Alas Purwo dijuluki oleh masyarakat karena mampu menyebrangi sungai,rawa-rawa dalam keadaan jalan licin,dan bisa mengambang pada waktu nyeberang sungai mengangkut material Candi Purwo
Candi Purwo memiliki kekuatan Gaib yang sangat luar biasa,keunikan dan kesakralan yang tidak bisa dibicarakan dengan kata-kata.
Perjalanan yang sangat panjang yang saya alami asal Banjar Jematang Denpasar Bali dalam membangun Candi Purwo sampai
berhasil berdiri penuh dengan sejarah tersendiri tidak mengenal menyerah,sampai meninggalkan rumah,masyarakat,keluarga,membangun pun menggunakan dana pribadi,untuk ngayah dibantu sama masyarakat setempat secara bergiliran dengan ketulusan hati tanpa pamrih,baik dari Umat Kejawen,Umat Hindu,maupun Umat islam ikut ngayah bahkan sampai membawa hasil panennya ke Candi Purwo setiap hari masak untuk masyarakat yang ngayah,inilah kebersamaan toleransi masyarakat setempat yang sangat mendukung Candi Purwo bisa terwujud,bisa dilihat di video dibawah.
Sejak pemlaspasan Candi Purwo pertama yakni Purnama ketiga
tahun 2007, odalan di Candi Purwo diadakan setiap setahun sekali tepatnya tiap
Purnama Ketiga, sesuai dengan pesan Prabu Brawijaya lima ratus tahun yang lalu,
”Sekarang kita berpisah,
nanti setelah 500 tahun yang akan datang, tiap Purnama ketiga kita kumpul di
sini dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mang Rwa. Aku akan datang
menunggu Sabdapalon dan anak didiknya. Tempat ini aku akan ‘tengger’ dengan tongkat
dari Betara Guru yang nantinya akan tumbuh menjadi pohon Kelampis Ireng,
lambang kembalinya aku ke tanah Jawa bersama pasukan Negeri Majalengka
Nusantara”.
Setiap odalan di Candi Purwo, umat dari luar Pondok Asem dan dari
Bali makin bertambah seiring dengan mulai dikenalnya Candi Purwo. Untuk tahun
2011, odalan dilaksanakan secara istimewa karena bertepatan dengan pemlaspas
patung Sabdapalon dan patung Hanoman Murti. Patung Sabdapalon tepat selesai
pada tanggal 11 September 2011, sesuai dengan petunjuk bahwa tahun 2011 ini
agar Patung Sabdapalon sudah ada. Diamanatkan bahwa tahun 2011 ini tonggak
kembalinya Sabdapalon ke tanah Jawa. Sehingga upacaranya diberi nama “Mewali
Sanghyang Sabdapalon ke tanah Jawa dan berstana di Candi Purwo”, sesuai amanat
Prabu Brawijaya lima ratus tahun yang lalu bahwa beliau akan kembali bertemu di
tempat ini.
Upacara Mewali Sabdapalon
pada Purnama Ketiga tanggal 12 Sepetember 2011 di Candi Purwo dihadiri oleh
sekitar 600 orang lebih pemedek dari Bali dari berbagai komponen masyarakat.
Rombongan berangkat dari Denpasar menggunakan dua belas bus dan mobil-mobil
pribadi. Ditambah lagi dengan ratusan umat Hindu di Dusun Pondok Asem dan Desa
sekitarnya yang menyebabkan suasana di Candi Purwo menjadi ramai.

Foto Upacara di Candi Purwo
Upacara
dipuput oleh Ida Pedanda Gelgel dari Grya Blayu dan Ida Pedanda Grya Jaksa
Manuaba Tabanan, dihadiri Ida Cokorda Ngurah Jambe Pemecutan, Raja Puri Agung
Denpasar ke IX,beserta keluarga,Perwakilan beberapa Puri,Jero,Griya di Bali dan
rombongan yang sejak awal telah memberikan dukungan dan perhatian khusus dalam
mewujudkan Candi Purwo. Selain pemlaspas patung Sabdapalon Nayagenggong dan
Hanoman Murti, acara ini menjadi semakin sakral dengan peed memundut
pusaka-pusaka kebesaran Majapahit yang telah ditemukan selama pembangunan Candi
Purwo. Pusaka yang disakralkan tersebut yakni Keris Pusaka Majapahit, Keris
Maharaja, Tombak Tri Sula, Keris Siwa-Budha,Prasasti Nusantara dan Wayang emas
Sabdapalon Nayagenggong. Kehadiran benda-benda pusaka peninggalan Majapahit
sebagai simbol kembali berkumpul dan berstana para leluhur di Candi Purwo.
Dalam
acara Mewali Sabdapalon ini, semua yang hadir sangat terharu akan kesucian
tempat ini, dan terwujudnya Candi Purwo yang merupakan amanat leluhur sejak
lima ratus tahun yang lalu.
Tokoh
masyarakat sekaligus tetua Dusun Pondok Asem yakni Mbah Sugondo,Mbah
Sukiman,Mbah Brow Pondok Asem dan yang lainnya sampai meneteskan air mata
terharu menyaksikan saudara-saudara dari Bali menyemut datang ke Candi Purwo
untuk menstanakan kembali para leluhur Majapahit.
Tetua-tetua
yang ada di sekitar Alas Purwo pernah mengatakan bahwa nanti kalau sudah
waktunya akan ada anak kecil menunggang kuda putih datang dari Purwo bertugas
membantu masyarakat disini,alas Purwo akan berubah menjadi Pusat
Spiritual,Pusat Budaya Nusantara,dan memajukan Perekonomian setempat,apa yang
menjadi petuah terdahulu selalu di ingat dan di nanti-nanti oleh masyarakat
sekitar Alas Purwo,setelah penantian panjang akhirnya tempat menjadi pusat
Situs Sejarah Tanah Jawa 500 tahun yang lalu diketemukan oleh I Wayan Sucita,
Tahun 2000 atas petunjuk niskala dan diketemukan lagi Prasasti Nusantara.
Setelah
Situs Candi Purwo diketemukan akhirnya masyarakat menunggu kapan Candi Purwo
akan dibangun dan kapan patung Sabdapalon akan berdiri di Candi Purwo. Akhirnya
baru kali ini Candi Purwo dapat dibangun dan patung Sabdapalon bisa berdiri.
Ini merupakan kebangkitan spiritiual, kebangkitan nusantara. Inilah yang
ditunggu-tungu masyarakat Jawa sejak lima ratus tahun yang lalu. Harapannya
adalah setelah ini para leluhur semuanya menjadi tenang dan damai, kemudian
berkenan menuntun para turunannya untuk menuju pada kebaikan dan kesejahteraan.
Berbagai kepercayaan sering melakukan Ritual di Candi Purwo
Berbagai kepercayaan sering melakukan Ritual di Candi Purwo
Pada
kesempatan itu Raja Denpasar memberikan wejangan bahwa tempat ini mesti
dibangun sesuai dengan amanat Sabdapalon dan Prabu Brawijaya. Raja menilai
bahwa tempat ini adalah tempat yang masih sangat eksotik atau perawan, jauh
dari jamahan tangan-angan kotor, sehingga aura kesuciannya masih sangat terasa.
Tempat ini dijaga kemurniannya secara sekala dan niskala sejak lima ratus tahun
yang lalu. Raja Denpasar yang juga sebagai ketua Dewan Raja-Raja se-Nusantara
menyatakan bahwa Candi Purwo dijadikan “Kawitan” dari para keturunan Majapahit
yang ada di seluruh Nusantara. Karena seperti diamanatkan oleh Sabdapalon dan
Prabu Brawijaya untuk membangun tetengger di tempat ini
sebagai stana seluruh Leluhur Nusantara.
Dalam
kesempatan itu hadir pula komponen dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi yakni
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi.saat itu Beliau datang
bersama rombongan berjalan kaki menyusuri hutan bakau yang keadaan jalan sangat
sulit di lalui,setelah berjalan 1 km lebih akhirnya tiba di lokasi, Beliau
terperangah ketika menyaksikan kemegahan Candi Purwo, serta menyambut baik
keberadaan candi dalam rangka membangun kebhinekaan di Banyuwangi dan di
Nusantara. Beliau berjanji akan memberikan fasilitas pendukung untuk nantinya
Candi Purwo bisa menjadi salah satu objek wisata spiritual unggulan di
Banyuwangi. Sambutan ini mendapat aplaus dari semua yang hadir.
Peresmian Candi Purwo di hadiri oleh Ketua Raja dan Puri Se Nusantara,Kepala Desa Kedung Asri,Kepala Kecamatan Tegal Dlimo,Kepala Dinas Kebudayaan Banyuwangi, ADM ( Kepala Perhutani Kabupaten Banyuwangi dan jajarannya )
Upacara
Mewali Sabdapalon ke tanah Jawa di Candi Purwo ini berlangsung sejak sore hari
sampai larut malam. Setelah pemlaspasan patung Sabdapalon dan Hanoman Murti
serta ngaturang piodalan oleh dua Pedanda, dilanjutkan dengan acara peresmian
patung Sabdapalon Nayagenggong dan Patung Hanoman Murti yang dilakukan oleh Ida
Cokorda Denpasar dan Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Banyuwangi,
didampingi tokoh masyarakat dan sesepuh Desa Kedung Asri. Dilanjutkan
persembahyangan bersama serta maecan-ecan dilakukan oleh Jero
Mangku dari Bali,Jero Mangku Pura Semeru Agung dan Jero Mangku yang ada di
Dusun Pondok Asem beserta para tokoh-tokoh umat kejawen yang ada di Jawa
Ditampilkan
pula tari baris gede yang dibawakan oleh keluarga besar Sentana Dalem
Tarukan,Tari Rejang Dewa oleh Keluarga Pangeran Tangkas Kori Agung, Ditampilkan
pula tari topeng keras, topeng tua, topeng Dalem Sidakarya, dan prembon
berkolaborasi dengan sinden dari Pondok Asem. Penabuh yang mengiringi adalah
gabungan dari penabuh yang ada di Dusun Pondok Asem dan pemedek dari Bali,
sehingga nuansa Bineka Tunggal Ika sangat kental di Candi Purwo malam itu.
Belum lagi alunan kidung wargasari ala Jawa berpadu dengan kidung wargasari ala
Bali semakin menambah semarak acara di Candi Purwo.
Pada
acara maecan-ecan dan memendak, para pemangku sebagian
besar kerauhan, sebagai pertanda kehadiran para Sesuhunan, Betara Betari,
Dewa-dewi, Para Leluhur, para Prajurit, dan Pengawal-pengawal niskala untuk
ngayah di Candi Purwo. Kehadiran beliau-beliau ini sekaligus menyaksikan
upacara Mewali Danghyang tanah Jawa yakni Sabdapalon Nayagengong dan para
Leluhur Majapahit ke tanah Jawa untuk berstana di Candi Purwo. Ida Betara Dalem
Majapahit yakni beliau Raden Wijaya (pendiri kerajaan Majapahit) dan Sang Prabu
Brawijaya (raja terakhir Majapahit) berkenan tedun / hadir
dalam upacara tersebut melalui kerauhan Jero Mangku A A Ngurah Mayun dari Puri
Denpasar. Beliau Raden Wijaya dan Prabu Brawijaya bersabda bahwa seluruh
Leluhur Majapahit telah hadir dan berstana di Candi Purwo. Oleh Karena itu
Candi Purwo mesti dijadikan “Kawitan” seluruh turunan Majapahit yang ada di
seluruh Nusantara. Beliau juga bersabda agar para sentana Majapahit untuk
senantiasa meningkatkan keyakinan kehadapan Ida Sesuhunan dan meningkatkan
hening pikiran karena beliau para leluhur telah berstana di Candi Purwo.
inilah foto Pusaka Keraton Majapahit yang ditemukan dengan panjang Keris 2 Meter
Keangkeran
Alas Purwo memang sudah dikenal sejak turun temurun, disamping keasrian,
kemurnian dan kesuciannya. Kuatnya aura magis spiritual di Candi Purwo Gumuk
Gadung memang tak bisa disangkal. Ada suatu kejadian mistis terjadi ketika
malam odalan di Candi Purwo saat menstanakan Sabdapalon dan Nayagenggong. Malam
itu upacara berlangsung ramai dalam kekusukan. Setelah acara usai, keesokan
harinya beberapa masyarakat dari Desa Kedung Sumur (jaraknya beberapa kilometer
dari Pondok Asem) dan masyarakat Kedung Asri banyak datang ke Candi Purwo.
Masyarakat tersebut mengabarkan bahwa tadi malam tampak sinar berwarna biru
kehijauan sangat besar jatuh di sekitar hutan bakau. Masyarakat tersebut tak
menyangka kalau di Candi Purwo malam itu diadakan upacara besar.
Masyarakat
yang melihat sinar gaib tersebut menceritakan kepada saya ( I Wayan Sucita) yang telah
merintis pembangunan Candi Purwo bersama dengan masyarakat Pondok Asem. Bisa
jadi sinar tersebut adalah penampakan dari kekuatan Leluhur, Betara Betari,
Dewa Dewi, yang berkenan hadir menyaksikan acara itu, sekaligus berkenan
bertana di Candi Purwo.
Kalau
dikaitkan dengan situasi upacara di candi saat malam itu, bisa jadi bahwa
kehadiran dari sinar biru kehijauan yang jatuh di candi menyebabkan para sadeg,
pemangku kerauhan, sebagai pertanda beliau telah hadir. Termasuk kehadiran dari
beliau Raden Wijaya dan Prabu Brawijaya melalui kerauhan Pemangku Puri. Hal ini
memang sangat menakjubkan dan semakin meyakinkan pemedek bahwa Candi Purwo
memang amanat leluhur dan para Dewata, Candi Purwo memang titah sejarah.

Banyak yang kesurupan dalam Acara Ritual di Candi Purwo
Foto-foto
liputan dalam acara tersebut menunjukkan sesuatu yang mencengangkan. Ketika
upacara maecan-ecan dan memendak Ida Betara yang diawali
dengan pementasan tari Baris Gede, dalam foto muncul ribuan orb (penampakan
lingkaran). Orb ini oleh kaum waskita dikatakan sebagai
energi alam semesta, kekuatan suci para leluhur, energi atau kekuatan Betara
Betari dan Dewa-dewa. Kemunculan orb tersebut diyakini sebagai
kehadiran para roh leluhur yang telah suci dan kehadiran para prajurit yang
begitu banyak untuk berstana dan mengawal nusantara ini dari alam niskala.
(seperti yang dinyatakan lima ratus tahun yang lalu bahwa “….. lambang
kembalinya aku ke tanah Jawa bersama pasukan Negeri Majalengka Nusantara”.
Termasuk juga dalam acara merauhan, orb banyak bermunculan
dalam foto. Sepertinya Ida Betara beserta seluruh leluhur Jawa berkenan hadir
bersukaria karena telah terwujud stana beliau-beliau, setelah sekian lama
berada di awang-awang. Sekarang sudah distanakan di sebuah tempat suci yang
bernama Candi Purwo.

Inilah salah satu sinar Orb ( sinar gaib yang ada di Candi Purwo )
Kami besama pemedek semakin yakin bahwa tedun-nya sinar
gaib berwarna biru keemasan yang dilihat oleh masyarakat dari kejauhan, secara
tak sengaja terekam oleh kamera foto pemedek yang mengabadikan acara maecan-ecan dan memendak di
Candi Purwo. Sinar blits kameranya seperti dipantulkan oleh sebuah sinar besar
di depannya. Ketika diperiksa hasil jepretannya, ternyata terdapat kelebatan
sinar kehijauan menyilaukan berbentuk memanjang seperti keris menghadap ke
bawah. Menurut Mangku Made Sudana dan Nyoman Badra, seorang waskita yang hadir
pada saat itu menyatakan ia mendapat petunjuk bahwa sinar biru keemasan seperti
keris yang terekam kamera foto itu adalah pertanda kehadiran beliau Ida Betara
di Gunung Tugu Alas Purwo dengan mengendarai seperti kapal api mengeluarkan kilat,beserta
para Leluhur Majapahit yang tinggal di Bali,Jawa,seluruh Nusantara yg kliatan
di dalam foto ribuan orb dengan sinar kilat bergulung-gulung dari langit turun
ke panggung yang di buat di saat Upacara di Candi Purwo
Kemunculan
ribuan orb tersebut menurut Ida Bagus Suteja, seorang
spiritualis Kejawen mengatakan “memang sudah waktunya Beliau (para Leluhur)
hadir di hadapan anak cucu beliau di Nusantara yang selalu eling dan waspada
serta selalu sujud bhakti kepada leluhur. Oleh karenanya beliau tampil dan
muncul dalam bentuk sinar suci, aura gaib berupa sinar bulat cakra, kuning
keemasan. Mari kita sambut kehadiran beliau”.
Comments